Caracas (ANTARA News) - Presiden Venezuela Nicolas Maduro meminta pendukungnya menggelar aksi "untuk perdamaian dan melawan fasisme" akhir pekan ini menyusul aksi unjuk rasa sengit antipemerintah oleh mahasiswa yang meletus menjadi kekerasan mematikan.

Ribuan mahasiswa telah melakukan aksi protes dalam dua hari terakhir di ibukota Venezuela, tantangan terbesar bagi kepemimpinan Maduro sejak ia mengambil alih jabatan presiden dari mendiang Hugo Chavez tahun lalu.

Para mahasiswa itu, yang didukung oleh kelompok oposisi, meningkatkan tekanan, dan menyeru tindakan segera terhadap kejahatan yang merajalela, inflasi dan kekurangan bahan pokok .

Maduro menyerukan pendukungnya untuk berkumpul pada "Sabtu, pada siang hari" untuk melakukan "pawai besar semua kekuatan politik dan sosial dari Revolusi Bolivarian untuk perdamaian dan melawan fasisme."

Presiden Maduro mengumumkan seruan itu pada Kamis malam (13/2). Ia juga mengatakan akan hadir dalam aksi itu.

Maduro juga telah memerintahkan penangkapan tokoh oposisi senior dan menyatakan bahwa ia tidak akan digulingkan - meskipun pengunjuk rasa mengatakan kudeta bukanlah tujuan mereka.

Tiga orang pengunjuk rasa, yang terdiri atas satu demonstran pro-pemerintah dan dua mahasiswa pendukung  oposisi, tewas ketika kekerasan meletus dalam aksi protes oposisi pada Rabu di Caracas, yang mendorong operasi keamanan di kota-kota di seluruh negara yang kini perekonomiannya telah terpukul oleh inflasi lebih dari 50 persen per tahun.

Maduro telah mendesak warga untuk melakukan unjuk rasa "anti - fasisme" pada Kamis, tetapi hanya segelintir pendukungnya yang muncul.

Venezuela, negara dengan kepemimpinan pemerintahan sosialis yang bergantung pada pendapatan minyak, memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia.

Namun perekonomian negara itu telah terpukul di tengah-tengah kekurangan mata uang tunai, sementara berkurangnya pasokan barang-barang konsumsi telah membuat frustrasi warga, bahkan beberapa pendukung pemerintah.

Pemerintah menyalahkan hal itu kepentingan "borjuis" bisnis lokal yang mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari kelompok menengah dan miskin. Pemerintah telah melakukan kebijakan privatisasi dan kontrol mata uang tidak populer untuk mengatasi hal itu.

(G003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014