JAKARTA, 20 Februari 2014 (ANTARA) -- Komitmen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendukung peningkatan ekspor produk perikanan terus dilakukan. Di antaranya, untuk menggenjot  ekspor ke pasar Uni Eropa khususnya Perancis, KKP melalui Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), menandatangani kesepakatan dengan Indonesian French Chamber of Commerce and Industry (IFCCI) - KADIN Perancis di Jakarta, Kamis (20/2).

Kesepakatan yang tertuang dalam MoU on Development of Fisheries Product Processing and Marketing ini ditandatangani Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), Saut P. Hutagalung dan Chairman IFCCI, Alain Pierre Mignon. Penandatanganan MoU disaksikan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sharif C. Sutardjo dan Duta Besar Perancis untuk Republik Indonesia dan Timor Leste, Corinne Breuzé.

Menurut Sharif, pihak Perancis sepakat untuk penyediaan dan diseminasi informasi pasar hasil perikanan di Perancis kepada eksportir Indonesia termasuk pendampingan dalam pengembangan akses pasar hasil perikanan Indonesia ke Perancis. Sedangkan ruang lingkup MoU yang akan menjadi prioritas kerja sama antara kedua belah pihak di antaranya, Perancis akan fasilitasi temu bisnis dan kegiatan promosi hasil perikanan Indonesia lainnya di Perancis.Selanjutnya, pertukaran tenaga ahli bidang perikanan dalam rangka pengembangan industri pengolahan hasil perikanan di Indonesia. Serta, fasilitasi forum investasi di bidang industri pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Indonesia dan kegiatan lainnya yang disepakati bersama. MoU akan berlaku selama 3 tahun sejak ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Sharif menjelaskan, penandatanganan kerjasama KKP dengan Indonesian French Chamber of Commerce and Industry sangat diperlukan. Terutama dalam upaya mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan yang berkelanjutan serta mendukung kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan pada umumnya. Kerjasama secara langsung juga akan mendukung para pengusaha perikanan nasional untuk menghasilkan produk perikanan prima yang berdaya saing tinggi. "Melalui kerjasama ini saya harapkan dapat dimanfaatkan para pelaku usaha produk perikanan Indonesia, khususnya dalam rangka meningkatkan penetrasi pasar produk perikanan Indonesia di Perancis. Serta memberikan dampak adanya realisasi investasi di bidang kelautan dan perikanan untuk mendukung konsep blue economy,"  katanya.

Sharif mengatakan, MoU kinerja ekspor hasil perikanan Indonesia ke pasar Perancis dan kawasan Uni Eropa dapat terus ditingkatkan dan dapat berdampak pada peningkatan nilai investasi serta pengembangan value added produk perikanan. Apalagi nilai ekspor hasil perikanan Indonesia ke Perancis mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Di mana pada periode tahun 2011 - 2012, dari  US$ 31.624.837 meningkat menjadi US$ 35.807.489. Kenaikan ini dikontribusikan oleh kenaikan nilai ekspor rumput laut dan hasil perikanan lainnya. "Sampai November 2013, nilai ekspor hasil perikanan Indonesia ke Perancis telah menembus angka US$ 43.431.665 atau meningkat sebesar 33,5% jika dibandingkan pada tahun sebelumnya," jelasnya.

Dalam rangka mendorong investasi kelautan dan perikanan untuk mendukung ekonomi biru, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor baru dan memfasilitasi mediasi, promosi dan pengurangan hambatan bagi investor. Kebijakan ini pada dasarnya untuk memfasilitasi perusahaan dan investor mewujudkan investasi di sektor kelautan dan perikanan. "KKP telah mengeluarkan berbagai kebijakan, di antaranya untuk pemberian mediasi, fasilitasi, pemberian insentif dan promosi peluang investasi. Semua itu akan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang masih terbukanya peluang investasi di bidang kelautan dan perikanan di Indonesia," ujarnya.



Kebijakan Industrialisasi

Sharif menambahkan, kebijakan indutrialisasi yang dicanangkan KKP telah memberikan hasil positif bagi peningkatan produk perikanan nasional. Dari sisi penyediaan pangan khususnya produk olahan, jumlah produk olahan mencapai 5,16 juta ton atau meningkat 6,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor hasil perikanan hingga November 2013 mencapai US$ 3,77 milyar dan nilai ini diperkirakan mencapai US$ 4,5 milyar pada akhir tahun. Sedangkan negara tujuan ekspor adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, dengan komoditas utama udang dan tuna. Pada tahun 2013, sector perikanan diperkirakan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 291,79 triliun atau naik sebesar 14,28% dibanding tahun 2012. "Kami yakin sektor Kelautan dan Perikanan memiliki peran sangat penting dalam penyediaan bahan pangan dan bahan baku bagi industri, sumber penerimaan devisa, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat," tambahnya.

KKP kata Sharif, telah menetapkan kebijakan percepatan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan. Industrialisasi kelautan dan perikanan Indonesia pada dasarnya merupakan pengembangan dan penguatan industri berbasis sumberdaya domestik, yang pastinya memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Industri di sector kelautan dan perikanan kian strategis karena memiliki keterkaitan dari hulu ke hilir. Oleh karena itu, sektor kelautan dan perikanan Indonesia memiliki potensi dijadikan sebagai motor penggerak perekonomian daerah maupun nasional. Ada 6 komoditas ikan dan satu komoditas kelautan yang menjadi target industrialisasi kelautan dan perikanan yaitu, udang, tuna, patin, bandeng, rumput laut, produk pindang dan garam.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Plt. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811806244)

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014