Aden, Yaman (ANTARA News) - Seorang dokter Ceko dibebaskan beberapa jam setelah diculik oleh orang-orang bersenjata di Sanaa, ibu kota Yaman, kata beberapa sumber keamanan, Minggu.

Dokter itu sedang berjalan menuju tempat kerjanya di sebuah rumah sakit swasta ketika penyerang bersenjata menghalangi jalannya dengan mobil mereka dan menangkapnya, kata sumber-sumber itu, lapor Reuters.

Wanita itu adalah warga asing ketiga yang diculik di Yaman bulan ini.

Sumber-sumber keamanan mengatakan, Minggu, penculik membebaskan dokter itu tanpa cedera, dengan meninggalkannya di sebuah jalan utama di sebelah timur Sanaa, dan korban pulang sendiri.

Alasan penculikan dan pembebasan itu belum diketahui secara jelas.

Insiden itu terjadi setelah penculikan seorang pekerja minyak Inggris oleh orang-orang bersenjata tak dikenal dan penangkapan seorang warga Jerman oleh orang-orang suku Yaman yang berusaha mendorong tuntutan mereka bagi pembebasan keluarga mereka yang dipenjara.

Sabtu, seorang perwira intelijen, Kolonel Ahmed Hashem, ditembak mati oleh terduga militan Al Qaida di provinsi Shabwa, Yaman selatan, kata satu sumber keamanan.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di wilayah selatan, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014