Moskow (ANTARA News) - Pembuat film AS, Oliver Stones, yang mengejutkan banyak orang dengan citarasa patriotik dalam film barunya "World Trade Center", mengisyaratkan di Moskow, Senin, bahwa dirinya sedang mempertimbangkan film serupa yang lebih kontroversial yang menyelidiki "konspirasi" sekitar serangan 11 September. "Ada kisah besar dalam film itu, suatu konspirasi oleh sekelompok orang di pemerintahan AS yang memiliki agenda dan memanfaatkan serangan 11 September demi agenda lebih jauh lagi," katanya kepada para wartawan saat berada di Moskow sebagai bagian tur dunianya untuk mempromosikan film terakhirnya. Akan ada "proyek yang lebih menarik lagi atas apa yang terjadi setelah 11 September," kata sutradara itu, dalam jumpa pers yang penuh sesak pada peringatan lima tahun serangan tersebut. "World Trade Center" menuturkan kisah tentang dua polisi New York yang terperangkap di bawah reruntuhan gedung menara kembar WTC, namun mereka selamat setelah ditemukan oleh seorang marinir AS pensiunan. Para kritikus yang biasanya mengecam sikap anti-kemapanan Stone seperti yang dituangkannya dalam film-film seperti "Salvador", "Platoon" "JFK" dan "Nixon" terperangah dengan kenyataan bahwa "World Trade Center" ternyata menghindari politik dan sebaliknya memfokuskan diri pada tema-tema tradisional Hollywood, berupa keberanian pribadi, pengorbanan, kepercayaan dan hubungan keluarga. Pada jumpa persnya, Stone menuduh Presiden George W. Bush melakukan kesalahaan dalam perangnya melawan para militan Bin Laden dan memanfaatkan krisis itu untuk menyebarkan ketakutan dan mengokohkan kekuasaannya di dalam negeri. "Saya pikir telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan pemerintah," katanya, seperti dilansair AFP. Tak ada kaitan dengan Osama Sementara itu, dari Ottawa Reuters melaporkan hasil jajak pendapat umum (poll) yang disiarkan Selasa bahwa satu dari lima warga Kanada meyakini serangan terhadap AS pada 11 September 2001 tak ada kaitannya sama sekali dengan Osama Bin Laden dan serangan itu sesungguhnya merupakan komplotan dari orang-orang Amerika berpengaruh. Poll oleh Ipsos-Reid itu menemukan bahwa 22 persen penduduk Kanada, dan 26 persen kawula muda Kanada, sepakat dengan teori konspirasi. Mereka yang meyakini teori itu bahkan lebih tinggi lagi jumlahnya, mencapai 32 persen, di Quebeq. Kawasan itu memang kurang mendukung perang AS melawan teror. Poll menanyakan kepada para responden apakah peristiwa 11 September, "termasuk ribuan warga Amerika yang kehilangan jiwa mereka pada hari itu, betul-betul direkayasa oleh sekelompok orang Amerika yang sangat berpengaruh dan orang lainnya sebagai bagian konspirasi global yang lebih luas untuk mengambil keuntungan serta memperoleh kekuasaan dan mereka sebetulnya malah melindungi Bin Laden dari upaya penangkapan." "Seperti kita semua tahu, teori konspirasi sangat populer," kata Paul Orovan dari Ipsos. (*)

Copyright © ANTARA 2006