Palembang (ANTARA News) - Sekitar 90 persen tenaga kerja Indonesia (TKI) di Timur Tengah (Timteng) bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) dan 10 persen formal. Sekitar 10 persen formal itu profesional bekerja di bidang minyak, perhotelan dan restoran, kata Direktur Timur Tengah Departemen Luar Negeri, Aidil Chandra Salim di Palembang, Jumat. Menurut dia, total tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Timteng sekitar 1,5 juta orang dan yang ileggal sekitar 10 persen. Sementara mengenai permasalahan yang dihadapi TKI di Timteng, ia mengatakan, pada waktu kunjungan Presiden ke Timteng ke lima negara, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Emirat Arab dan Yordania yang dikunjungi memang ada permasalahan TKI. Permasalahan TKI itu seperti perlakuan tidak baik, tidak dibayar gajinya itu ada, tapi justru permasalahan tersebut banyak datang dari dalam negeri. Jadi, sebelum mereka berangkat, mereka diminta membayar sejumlah pungutan, kadang-kadang berangkat dengan dokumen-dokumen palsu itu problem-problem yang datang dalam negeri sendiri, katanya. Menurut dia, para TKI harus mempersiapkan diri dan sampai Timur Tengah mencatatkan diri pada perwakilan Indonesia, agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari. "Ini malah, kadang-kadang pemberangkatan secara ileggal dan tidak mencatatkan diri kepada perwakilan kita sehingga kalau ada permasalahan kita tidak mengetahuinya," katanya. "Selama TKI itu mencatatkan diri kepada perwakilan, kita bisa selalu berhubungan, karena dengan pencatatan itu kita tahu persis majikannya dimana, alamatnya dimana, jadi bisa ada hubungan," katanya. Selain itu, secara rutin ada pertemuan-pertemuan dari perwakilan yang tujuannya untuk pembinaan sehingga secara aktif berusaha melindungi, tapi kalau pemberangkatan saja ileggal, maka akan menyulitkan petugas menghubungi, tambahnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006