Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tak perlu melakukan reshuffle pada Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), karena perbaikan iklim investasi lebih penting dipikirkan. "Tiga menteri dalam Tim Ekonomi kabinet itu sangat piawai, mempunyai integritas dan kredibilitas di dunia internasional, jika di reshuffle, Indonesia akan lebih payah lagi," kata Pakar Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Thee Kian Wie di sela acara seminar sehari menata masa depan perekonomian Indonesia pasca krisis di kantor LIPI Jakarta, kemarin. Menurut dia, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Budiono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Perindustrian Mari Eka Pangestu merupakan orang yang terbaik yang ada saat ini. Secara makro ekonomi, tim ekonomi kabinet Indonesia bersatu sudah menjamin iklim investasi. Namun, secara riil, jika belum berjalan, menurut dia, bukan kesalahan tim ekonomi. Hal tersebut, lanjutnya, disebabkan iklim usaha yang ada di Indonesia masih jelek, selain itu kondisi ekonomi juga tergantung dari seluruh jajaran kabinet serta birokrasi pemerintah. "Banyak kritikan bahwa tim SBY belum berhasil menggerakan ekonomi riil, tapi itu juga menyangkut peran dari menteri lain. Sektor riil belum berjalan juga karena iklim usahanya buruk. Salah satu yang terburuk di asia pasifik," tambahnya. Kesigapan pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi, ungkapnya, jangan hanya berupa wacana saja. Tetapi dijalankan, termasuk perbaikan sistem investasi, kepastian hukum, peraturan perburuhan, infrastruktur yang tidak memadai, korupsi yang masih tinggi, kepabeanan dan pajak. "Selama belum ada perbaikan jangan harap investor masuk kesini," ujarnya. Saat ini, paparnya, banyak negara lain yang lebih menarik untuk berinvestasi, bukan hanya China, tapi juga Vietnam. Isu mengenai reshuffle kabinet muncul ketika Pidato Kenegaraan Presiden pada Agustus 2006 di mana Presiden dianggap tidak berhasil menurunkan angka kemiskinan dan penganguran, bahkan yang terjadi peningkatan kemiskinan menjadi 39 juta jiwa.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006