London (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun pada Kamis setelah data perdagangan Tiongkok lemah, namun kerugian dibatasi oleh sentimen positif permintaan AS dan ketegangan atas Ukraina, kata para analis.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 27 sen menjadi 103,33 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Mei turun 52 sen menjadi berdiri di 107,46 dolar AS per barel pada akhir transaksi di London.

Data pemerintah pada Kamis menunjukkan impor Tiongkok merosot 11,3 persen tahun-ke-tahun menjadi 162,4 miliar dolar AS pada Maret sedangkan ekspornya turun 6,6 persen menjadi 170,1 miliar dolar AS, menghasilkan surplus perdagangan sebesar 7,7 miliar dolar AS. 0 .

Angka-angka itu dapat meningkatkan kekhawatiran lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi Tiongkok, yang telah menunjukkan tanda-tanda pelemahan baru-baru ini dengan serangkaian indikator yang mengecewakan, termasuk pada produksi industri dan belanja konsumen.

"Ekspor yang lemah menyoroti kemungkinan kontraksi lebih lanjut dalam sektor manufaktur negara itu ... sehingga memangkas prospek permintaan untuk minyak mentah," kata Tan Chee Tat, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura.

"Penurunan impor menawarkan konfirmasi lebih besar tentang penurunan kegiatan ekonomi Tiongkok, yang menunjukkan permintaan lebih rendah untuk bahan baku dan produk-produk menengah," katanya.

Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di

perusahaan konsultan EY, mengatakan harga minyak mempertahankan tekanan naik dari tanda-tanda peningkatan permintaan bensin yang kuat di Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia.

Laporan resmi persediaan terbaru AS menunjukkan penurunan pasokan bensin 5,2 juta barel, lebih besar dari penurunan 700.000 barel yang telah diproyeksikan.

Gupta mengatakan bahwa "penundaan dimulainya kembali pasokan dari Libya" juga mendukung harga minyak.

Para analis mengatakan harga minyak juga tetap didukung oleh meningkatnya ketegangan di Eropa Timur.

Karena saluran utama untuk gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina, pedagang takut bahwa setiap konflik bersenjata akan mengganggu pasokan sehingga mengirim harga minyak dan gas meroket.

Rusia mengirim 34 persen dari pasokan gas alam untuk Uni Eropa, menurut Soufan Group, sebuah perusahaan intelijen berbasis di AS.

Di tempat lain, perusahaan minyak Libya National Oil Co. (NOC) pada Kamis mencabut kejadian "force majeure" karena terminal ekspor minyak mentah diperoleh kembali dari tangan pemberontak, membuka jalan untuk ekspor baru.

Pemberontak merebut empat terminal minyak di timur pada Juli tahun lalu dalam upaya mereka menuntut pengembalian otonomi untuk wilayah Cyrenaica timur, sehingga memangkas produksi minyak Libya dari 1,5 juta barel per hari menjadi hanya 250.000 barel per hari.

Tripoli mengatakan blokade tersebut telah merugikan negara lebih dari 14 miliar dolar AS (10,1 miliar euro) karena hilangnya pendapatan, demikian AFP.

(Uu.A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014