Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menargetkan produksi logam emas tahun 2014 mencapai 87 ton atau meningkat 47,5 persen dibandingkan produksi tahun 2013 yang sebesar 59 ton, kata Direktur Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dede Suhendra.

Di Jakarta, Rabu, ia mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir produksi emas mengalami fluktuasi dengan puncak produksi sebanyak 143 ton tahun 2005.

Ia merinci, produksi emas tahun 2004 sebanyak 93 ton, tahun 2005 sebesar 143 ton, lalu 2006 mencapai 85 ton, dan 2007 mencapai 118 ton.

Tahun 2008 produksi emas hanya 64 ton lalu naik menjadi 104 ton pada 2009, bertahan 104 ton pada 2010 dan turun menjadi 76 ton pada 2011, 75 ton pada 2012, dan 59 ton tahun 2013.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat cadangan logam emas per 2013 mencapai 2.773 ton dengan bijih 3,2 juta ton. Sumber daya emas tercatat 7.215 ton untuk logamnya dan 7,7 juta ton untuk bijih.


Timah dan tembaga

Sementara produksi timah pada 2014, menurut Dede, diproyeksikan 88 ribu ton atau sama dengan tahun 2013 dan produksi tembaga ditargetkan 640 ribu ton, meningkat dibandingkan 2013 yang sebesar 450 ribu ton.

Sementara produksi bijih nikel, bijih bauksit, bijih besi, dan pasir besi diproyeksikan turun drastis menyusul penerapan pelarangan ekspor mulai 12 Januari 2014 sesuai Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Produksi bijih nikel pada 2014 direncanakan hanya 3,5 juta ton atau turun jauh dibandingkan 2013 yang mencapai 60 juta ton.

Untuk bauksit, produksi ditargetkan hanya satu juta ton sementara tahun 2013 produksinya mencapai 56 juta ton. Produksi bijih besi dan pasir besi rencananya hanya tujuh juta ton atau turun dibandingkan tahun 2013 yang 19 juta ton.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014