New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena para investor mengambil keuntungan dari kenaikan hari-hari sebelumnya di tengah tanda-tanda menguatnya permintaan minyak mentah di Amerika Serikat .

Pasar juga mundur karena berkurangnya ketegangan atas krisis Ukraina-Rusia, kata para pedagang, meskipun krisis tampak menyala kembali pada Kamis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni di New York Mercantile Exchange, ditutup pada 100,26 dolar AS per barel, kehilangan 51 sen dari Rabu.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni merosot sembilan sen menjadi menetap di 108,04 dolar AS per barel di perdagangan London.

"Harga bahan bakar minyak turun moderat karena aksi ambil untung dari penguatan pada Rabu, ketika para pedagang mencerna berita baik baru tentang Ukraina dan data persediaan Amerika Serikat terbaru," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Pasar minyak telah melonjak pada lebih dari satu dolar AS pada Rabu, setelah persediaan minyak mentah AS secara tak terduga jatuh dari rekor tertinggi pada pekan lalu, menunjukkan bahwa permintaan kemungkinan akan meningkat di konsumen minyak mentah terkemuka di dunia itu.

Pedagang juga tampak berhati-hati menjelang akhir pekan karena krisis Ukraina-Rusia terus berlangsung, kata Carl Larry dari Oil Outlooks and Opinion, menunjuk ke volume perdagangan moderat sebagai buktinya.

Investor juga mencerna data perdagangan resmi Tiongkok yang dirilis pada Kamis. Konsumen energi terbesar di dunia itu mencatat surplus perdagangan 18,45 miliar dolar AS pada April, naik tajam dari surplus Maret sebesar 7,7 miliar dolar AS.

"Data perdagangan Tiongkok menunjukkan tanda-tanda pemulihan tetapi terus mengecilkan kesehatan sebenarnya pada sektor ekspor," kata Julian Evans Pritchard, ekonom Tiongkok untuk Capital Economics.

Impor minyak melonjak 23 persen dari Maret menjadi 6,86 juta barel per hari di Tiongkok, konsumen energi terbesar di dunia, analis Barclays, Sijin Cheng, mencatat.

"Sementara permintaan secara bertahap pulih pada April setelah musim liburan yang lesu, lonjakan impor cenderung mencerminkan penimbunan strategis daripada permintaan kilang. Kilang kemungkinan akan tetap di sisi lemah selama pemeliharaan musim semi," katanya. Demikian laporan AFP.

(Uu.A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014