Jakarta (ANTARA News) - Hasil riset terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa jumlah massa mengambang (belum menentukan pilihan pasangan capres) mencapai 40 persen, sehingga akan menentukan siapa pemenang pilpres, 9 Juli 2014.

Peneliti LSI Adjie Alfaraby kepada pers di Jakarta, Selasa, mengatakan, temuan massa mengambang tersebut berdasarka survei dilakukan di 33 propinsi pada 1--9 Mei 2014 dengan metode baku: multistage random sampling.

"Jumlah responden dinaikan menjadi 2.400 orang, agar tingkat kesalahan mengecil menjadi 2 persen. Responden dipilih secara acak dan diwawancarai, dengan tatap muka. Survei dilengkapi dengan media analisis, FGD dan Depth Interview," katanya.
 
Adjie mengatakan, Capres-cawapres yang diuji dalam survei yaitu mereka didukung oleh koalisi partai dengan perolehan suara minimal 25 persen atau meraih kursi minimal 20 persen.

Simulasi menampilkan, pasangan Jokowi-Abraham Samad atau Jokowi-Jusuf Kalla ang didukung PDIP, Nasdem dan PKB. Prabowo-Hatta Rajasa yang bakal didukung Gerindra, PAN dan PPP. Dari kubu Demokrat dan Golkar yang akan mendukung Sultan HB X - Gita Wirjawan.

Temuan pertama, baik simulasi dua pasang calon ataupun tiga pasang calon, massa mengambang yang belum menentukan pilihannya sekitar 40 persen. Ini massa mengambang tergolong tinggi. Di pilpres 2009, dua bulan sebelum pilpres 2009, massa mengambang di bawah 20 persen.

Menurut Adjie, hasil survei menunjukkan jawabannya, bahwa kampanye negatif kepada para capres saat ini keras sekali. Itu membuat sebagian besar pemilih akhirnya ragu-ragu dan menjadi bagian massa mengambang.

"Sikap mengambang itu merata di semua segmen. Namun lebih banyak itu terjadi di pemilih perempuan, pendidikan dan ekonomi rendah, dan pedesaan. Ini adalah segmen yang lebih kurang aktif dalam politik praktis," katanya.

Adjie juga menambahkan temuan kedua, jika pemilu presiden berlangsung hari ini, maka ia belum selesai dengan satu putaran saja. Memang pasangan Jokowi menang telak di atas pasangan lain. Namun kemenangannya masih jauh di bawah 50 persen.

Sedangkan temuan ketiga, sentimen kepada partai politik saat ini jatuh pada titik yang rendah sekali. Hanya 32,80 persen publik yang percaya bahwa partai politik sungguh memperjuangkan kepentingan rakyat.

Oleh karena itu, kata Adjie, siapapun yang ingin mengambil mayoritas suara mengambang tak bisa hanya mengandalkan mesin partai, sehingga pemilu presiden kali ini harus lebih melibatkan "civil society untuk memobilisasi dukungan.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014