Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perhubungan (Dephub) mengingatkan kepada semua maskapai penerbangan dan pengelola bandara di seluruh Indonesia untuk tetap ekstra hati-hati menghadapi bencana kabut asap terutama jelang arus mudik lebaran 2006. "Kita akan selalu berikan peringatan kepada semua maskapai penerbangan dan pengelola bandara di seluruh Indonesia untuk tetap ektra hati-hati menghadapi kabut asap terutama jelang arus mudik lebaran 2006 ini," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Dephub, M Iksan Tatang, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan kewaspadaan harus tetap menjadi perhatian mereka dengan selalu memastikan dulu kondisi cuaca di sekitar daerah tujuan sebelum berangkat karena kabut asap tidak hanya menutupi daerah sekitar bandara saja. Ia mengatakan, kabut asap yang terjadi saat ini bukan hanya menimpa bidang transportasi, tetapi semua sendi kehidupan masyarakat seperti kesehatan yang terganggu. Selain itu pun, bukan transportasi udara saja yang menerima dampaknya, transportasi darat dan laut pun terkena imbasnya, kata Tatang. Oleh karena itu, kata Tatang, antisipasi terhadap kabut asap yang terjadi bukan hanya menjadi perhatian Dephub saja tetapi sudah menjadi masalah bersama bangsa Indonesia yakni bagaimana mengurangi kepekatan kabut asap itu. "Pemerintah pusat maupun daerah pun sudah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi kepekatan kabut asap," katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, bila bicara tentang keselamatan penerbangan, semua unsur yang terkait dengan transportasi udara seperti pilot pesawat dan pengatur lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) di setiap bandara sudah mengetahui standar keselamatan. "Saya yakin semua unsur yang terkait dalam penerbangan sudah tahu standar keselamatan penerbangan karena sudah melalui pendidikan khusus sebelum dapat bertugas di lapangan," katanya. Namun demikian, kata Tatang, tingkat kemahiran seorang pilot atau ATC tetap harus dijaga terus dengan melakukan pelatihan di dalam simulator penerbangan. Pelatihan di simulator itu berguna untuk menghadapi suatu keadaan yang tidak normal seperti kondisi cuaca buruk atau mesin mati mendadak, katanya. "Jadi pilot dan ATC tetap bisa tenang menghadapi keadaan-keadaan tidak normal itu," katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, sudah ada ketentuan tentang jarak pandang minimal di bandara, khususnya terkait dengan pendaratan pesawat agar kecelakaan pesawat Mandala Airlines di Tarakan (3/10) tak terulang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006