Surabaya (ANTARA News) - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof DR Din Syamsuddin, mengharapkan kepada PT Lapindo Brantas Inc. dan Pemerintah, agar memberikan bingkisan Lebaran kepada korban luapan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, supaya bisa mengobati kesedihan mereka. "Tidak ada salahnya, selain memberikan santunan kepada korban secara wajar, bila perlu kompensasi yang memadai, maka menjelang lebaran mereka bisa memberi bingkisan hari raya," ujar Din disela-sela menghadiri Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Timur di Asrama Haji Surabaya, Sabtu. Menurut Din, bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan baik bagi PT Lapindo Brantas Inc. maupun Pemerintah untuk mengobati kesedihan korban luapan lumpur, terutama saat lebaran sekarang ini, sehinggga mereka bisa ikut bergembira bersama umat yang lain. "Saya sebagaimana masyarakat lainnya sangat prihatin dengan musibah lumpur di Porong, Sidoarjo, karena sudah berbulan-bulan tidak teratasi, dan ternyata teknologi manusia tidak mampu untuk mengatasi, dan saya sudah menyaksikan sendiri begitu dahsyatnya luapan lumpur panas tersebut," katanya. Din mengatakan, beberapa desa dan ribuan rakyat mengungsi, karena kehilangan rumah, harta benda dan sebagainya, sehingga pemerintah didesak untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan segera. "Saya amati pemerintah terkesan lamban untuk memutuskan pembuangan lumpur yang sudah menggenangi beberapa desa itu. Seandainya dilakukan pada hari-hari pertama sedikit masalah bisa teratasi," katanya. Hal terpenting, ujar Din, adalah penanganan korban masih sangat jauh dari memadai, apalagi anak-anak dan remaja banyak yang kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan. "Harus ada langkah-langkah darurat dan tidak ada salahnya kalau pemerintah menetapkan sebagai musibah nasional sebagaimana di Aceh dan DIY, sehingga penanganan bisa dilakukan secara nasional, juga dalam pengertian pemanfaatan agaran negara yang ada," katanya. Din mengatakan, masyarakat yang menjadi korban tidak bisa disalahkan lantaran mereka sudah berbulan-bulan hidup dalam ketidakpastian, dan tentu saja ada batas kesabarannya, namun demikian dirinya menghimbau kepada masyarakat yang menjadi korban, agar mengendalikan diri pada saat bulan suci. "Namun demikian, sikap masyarakat yang bersabar ini jangan diabaikan oleh pihak yang harus bertanggung jawab," demikian penegasan Din Syamsuddin. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006