Frankfurt (ANTARA News) - Buku-buku laris tak selalu menjadi film laris, demikian para agen dan produser memperingatkan para pengarang yang menjual hak cipta mereka pada Frankfurt Book Fair yang baru saja usai. Pada kenyataannya, sebagian besar judul yang dibeli perusahaan produksi yang berkeliling di pameran kemungkinan besar hanya ditumpuk dan berselimut debu di rak buku studio ketimbang tampil di layar perak. "Untuk setiap ratusan buku yang dipilih untuk diangkat ke layar lebar, saya meragukan lebih dari lima judul menjadi film," kata Julian Friedmann dari Blake Friedman Literary, TV and Film Agency, seperti dikutip Reuters. Film-film sukses yang diadaptasi dari novel, seperti "The Da Vinci Code" karya Dan Brown, mampu mencapai penerimaan yang luar biasa dan meraup pemasukan yang besar. "The Da Vinci Code" mengantongi pendapatan lebih dari 750 juta dolar dari penjualan tiket di seluruh dunia. Itulah sebabnya mengapa para pembuat film sering mengambil kisah populer yang terbukti telah memiliki daya tarik pasar. Namun begitu, adaptasi novel laris menjadi sebuah cerita film dan menghidangkannya ke layar perak bukanlah pekerjaan mudah, seperti mebalikkan telapak tangan. Dua novel laris terbaru yang diangkat ke layar lebar, "The Devil Wears Prada" dan "Perfume" telah menuai sukses dari sisi box office. Film "Perfume" garapan Tom Tykwer yang diadaptasi dari novel "Perfume" karya Patrick Sueskind mendapat kecaman dari para kritikus film, sekalipun film itu berhasil menduduki urutan teratas dari penjualan karcis di Jerman dan Rusia. Versi film David Frankel "The Devil Wears Prada" dari buku tulisan Lauren Weisberger pada 2003 mengantongi pemasukan 146 juta dolar, namun mendapat ulasan yang beragam dari para kritikus. Kisah yang diambil dari buku komik atau cerita seru paling mudah diterjemahkan ke dalam bahasa film, kata para eksekutif film. Novel sastra lebih pelik Novel sastra sering membutuhkan penyuntingan yang jauh lebih banyak, termasuk tugas yang pelik menggambarkan tokoh yang sudah terpateri di benak pembaca. "Sebuah skenario mengandung 20.000 kata dibandingkan dengan novelnya yang terdiri dari 100.000 kata lebih," ujar penulis skenario Bernd Lange. Langkanya buku yang dapat diangkat menjadi film dalam beberapa tahun belakangan ini telah membuat para pengarang frustrasi. (*)

Copyright © ANTARA 2006