Sidoarjo (ANTARA News) - Kepala jembatan tol Porong (fly over Porong) Sidoarjo yang menuju ke arah Gempol-Pasuruan mengalami kemiringinan enam cm. Kemiringan jembatan ini kemungkinan diperkirakan oleh pergerakan dan turunnya permukaan tanah sebagai dampak semburan lumpur panas Lapindo. Petugas tim peneliti dari Balai Jembatan Bandung, Tatang Sudjana ditemui di area Jembatan Tol Porong Sidoarjo, Rabu, menegaskan, jembatan yang berfungsi strategis ini, sejak dilakukan penelitian awal pada 28 September sudah mulai miring sekitar tiga cm. Pada 6 Oktober kemiringan bertambah menjadi lima cm dan pada 10 Oktober kembali bertambah menjadi enam cm. Selain mengalami kemiringan, tanah di bawah jembatan tol Porong juga mengalami retak selebar empat cm dengan kedalaman diperkirakan mencapai 10 meter serta ada lima batang penyangga jembatan yang selimutnya retak dan pecah. Berdasarkan hasil penelitian selama tiga hari (9-11 Oktober 2006) disebutkan bahwa jembatan penyeberangan Siring (over pass Siring) mengalami kerusakan di antaranya kepala jembatan agak miring, selimut badan jembatan pecah-pecah dan tepi jembatan ada yang rusak karena bekas tertabrak oleh kendaraan berat. "Kerusakan jembatan ini salah satu penyebabnya juga karena terlalu seringnya jembatan ini dilewati kendaraan berat proyek yang melebihi kapasitas," ujarnya. Sedangkan jembatan tol Jabon (fly over Jabon) belum ada kerusakan, hanya ada kerusakan kecil seperti mengelupasnya selimut batang jembatan dan aspal retak-retak. Sementara jembatan penyeberangan Renokenongo (over pass Renokenongo) hanya terjadi pengelupasan pada selimut batang jembatan. "Kerusakan yang terjadi pada jembatan itu secara umum tidak parah, sehingga mudah untuk diperbaiki kembali," paparnya, menegaskan. Menurut Tatang, kerusakan dan kemiringan jembatan tol Porong masih akan di evaluasi oleh tim ahli dari Balai Jembatan Bandung bersama Jasa Marga Pusat dan Tim Nasional. Setelah itu baru diputuskan tindakan apa yang harus dilakukan, apakah diperbaiki, direnovasi atau diganti dengan yang baru. Keretakan akibat turunnya permukaan tanah juga terjadi di bangunan Balai Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin. Keretakan terjadi di pagar tembok halaman kantor dan keramik lantai. Pegawai Balai Desa Kedungbendo, Slamet menyatakan, keretakan di beberapa titik bangunan ini sudah sejak sebulan yang lalu. Awalnya, hanya selimut tembok bangunan yang mengelupas namun kini temboknya mulai retak dan pecah serta merembet ke keramik lantai.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006