Baghdad (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata menyerang sebuah stasiun televisi di Baghdad, Kamis, dan menembak mati 11 pegawai dalam serangan terbesar terhadap media di Irak sejauh ini. Organisasi-organisasi media Irak, yang didanai oleh kelompok-kelompok politik dan agama, seringkali menjadi sasaran serangan kelompok gerilya, sementara serangan-serangan oleh gerilyawan Arab Sunni dan pembunuhan yang berbau sektarian semakin berkobar di Irak, merenggut sekitar 100 jiwa sehari. Saluran televisi Shaabiya, yang dimiliki sebuah partai politik sekular kecil, belum memulai siaran mereka. Manajer eksekutif televisi itu, Hassan Kamil, menekankan bahwa mereka tidak memiliki agenda politik dan para pegawai mereka terdiri dari orang-orang Sunni, Syiah dan Kurdi. Kamil mengatakan, orang-orang bersenjata yang mengendarai sedikitnya lima kendaraan roda empat menyerbu kantor televisi itu di distrik Zayouna wilayah timur pukul 07.00 waktu setempat (pukul 11.00 WIB), menewaskan penjaga, teknisi dan pegawai administrasi. "Beberapa dari mereka mengenakan seragam polisi dan yang lain berpakaian sipil. Mereka semua bertopeng," katanya kepada wartawan seperti disiarkan Reuters. Kamil mengatakan, pegawai-pegawai itu berada di stasiun televisi tersebut pada malam hari. Sebagian besar dari mereka ditembak ketika mereka sedang tidur di ranjang, sementara satu orang ditembak di kamar mandi. Hanya dua pegawai selamat dalam serangan itu, seorang diantaranya mengalami luka-luka parah, katanya. Seorang wartawan Reuters melihat darah berceceran di perabotan dan di lantai di ruang penerimaan tamu di stasiun televisi tersebut. Shaabiya adalah stasiun televisi milik Partai Kemajuan dan Keadilan Nasional, yang mengambil bagian dalam pemilihan umum yang lalu namun gagal memperoleh kursi. Pemimpin partai tersebut, Abdul-Rahim al-Nasrallah, yang juga ketua dewan direktur televisi itu, termasuk diantara mereka yang tewas. Irak merupakan tempat paling berbahaya di dunia bagi pekerjaan wartawan, menurut pengawas media internasional. Organisasi Wartawan Tanpa Perbatasan menyatakan, 109 wartawan dan asisten media lokal dan asing tewas di Irak sejak invasi yang dipimpin AS untuk menggulingkan pemerintah Saddam Hussein pada 2003.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006