Jakarta, 30 Oktober 2006 (ANTARA) - PT Antam Tbk (ASX - ATM; JSX - ANTM) mengumumkan bahwa laba konsolidasian tidak diaudit perseroan untuk sembilan bulan pertama tahun 2006 naik 14% menjadi Rp809 miliar, atau US$88 juta, dengan Laba Bersih per Saham sebesar Rp423,99. Jumlah ini meningkat dibandingkan pencapaian laba selama sembilan bulan pertama tahun 2005 yang tercatat sebesar Rp711 miliar, atau US$74 juta, dengan Laba Bersih per Saham sebesar Rp372,75. Peningkatan kinerja ini sebagian besar disebabkan kenaikan harga jual nikel dan emas serta peningkatan volume penjualan feronikel. Penjualan bersih Penjualan bersih Antam naik 53% menjadi Rp3,401 triliun (US$371 juta) dari Rp2,216 triliun di 9M05. Peningkatan sebesar Rp1,185 triliun disebabkan adanya penambahan nilai pendapatan dari penjualan feronikel sebesar Rp1,065 triliun. Nilai penjualan feronikel naik 172% menjadi Rp1,682 triliun seiring dengan kenaikan volume penjualan sebesar 131% menjadi 9.716 ton nikel dalam feronikel. Kenaikan volume penjualan disebabkan adanya output selama trial period pabrik feronikel Antam yang baru, FeNi III. Selain itu, kenaikan nilai penjualan feronikel juga disebabkan kenaikan harga jual sebesar 25% menjadi US$8,59 per pon. Pabrik FeNi III mulai mengeluarkan output pada bulan April 2006 setelah masa konstruksi selama dua setengah tahun. Peningkatan penjualan Antam juga disebabkan kenaikan pendapatan dari komoditas bijih nikel, bauksit, perak, dan jasa pemurnian logam mulia. Pendapatan dari komoditas bijih nikel yang merupakan kontributor kedua terbesar pendapatan Antam setelah feronikel, mencapai Rp1,154 triliun, atau naik 13%, menyusul kenaikan volume penjualan bijih nikel saprolit (kadar tinggi), serta harga jual bijih nikel saprolit dan bijih nikel limonit (kadar rendah). Pendapatan dari komoditas emas yang merupakan kontributor ketiga terbesar, turun 8% menjadi Rp363 miliar seiring dengan penurunan volume penjualan emas yang turun 31% menjadi 2.037 kg. Penurunan ini terutama terjadi di kuartal pertama 2006 setelah Antam mengimplementasikan redesain tambang emas Pongkor untuk mengantisipasi penurunan kadar serta kondisi dinding tambang yang rapuh. Sementara itu, harga jual emas tercatat naik 39% menjadi US$603,44 per troy ounce, sehingga dapat menutupi sebagian dampak dari penurunan volume penjualan. Meski pabrik FeNi III telah memproduksi 1.800 ton nikel dalam feronikel dalam 9M06, Antam mengumumkan operasi komersial pabrik FeNi III sehingga belum me-release kontraktor turnkey pabrik FeNi III dari kewajibannya. Antam mengestimasikan release kontraktor pada pertengahan November setelah pihak kontraktor menyelesaikan perbaikan kebocoran pada metal tap hole yang terjadi pada pertengahan bulan Juli lalu. Sekitar 91% pendapatan Antam berasal dari pasar ekspor dan hampir semuanya berdenominasi dalam dolar Amerika. Kontribusi komoditas feronikel tercatat 49% pada 9M06 dibandingkan 28% pada 9M05. Sementara itu, kontribusi bijih nikel tercatat 34% dari 46% pada 9M05 dan mengindikasikan keinginan Antam untuk lebih bergerak di bidang hilir dibandingkan mengekspor bijih semata. Seiring dengan penurunan produksi di awal tahun 2006, kontribusi emas terhadap pendapatan tercatat 11% dibandingkan 18% pada 9M05. Peningkatan harga jual dan volume penjualan nikel menyebabkan kontribusi komoditas ini sangat besar terhadap pendapatan Antam. Di masa depan, Antam tetap berkeinginan untuk memiliki diversifikasi produk dengan mengembangkan cadangan bauksit yang dimiliki serta penemuan atau akuisisi deposit emas. Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan Antam naik 61% menjadi Rp1,895 triliun (US$207 juta) dengan laba kotor naik 45% menjadi Rp1,506 triliun. Peningkatan harga pokok penjualan ini melebihi tingkat kenaikan pendapatan seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta biaya bahan. Hal ini menjadikan marjin kotor Antam turun tipis menjadi 44% menjadi 46%. Lima komponen biaya terbesar adalah bahan, BBM, jasa penambangan bijih, depresiasi, serta tenaga kerja. Peningkatan dari kelima pos biaya ini mencapai Rp832 miliar yang hampir mewakili seluruh peningkatan harga pokok penjualan di 9M06. Kelima komponen harga pokok penjualan ini berkontribusi 81% dari harga pokok penjualan. Kontribusi ini naik dibandingkan kontribusi kelimanya yang juga merupakan lima komponen biaya terbesar pada 9M05 dengan kontribusi 60%. Peningkatan produksi feronikel dengan komponen biaya BBM mencapai 50% serta 80% merupakan biaya variable, merefleksikan perubahan struktur biaya Antam. Pada 9M05, jasa penambangan bijih merupakan komponen biaya terbesar dengan kontribusi 19% terhadap harga pokok penjualan. Seiring dengan tidak adanya kebutuhan untuk meningkatkan produksi bijih nikel sebagai umpan pabrik FeNi III, pos biaya jasa penambangan bijih turun menjadi pos biaya terbesar ketiga atau 18% dari total harga pokok penjualan. Umpan pabrik FeNi III berasal dari deposit milik PT Inco. Meski demikian, biaya jasa penambangan bijih tercatat naik 50% menjadi Rp332 miliar seiring dengan kenaikan biaya jasa penambangan yang dikenakan oleh kontraktor Antam. Pada 9M05, komponen biaya terbesar kedua adalah tenaga kerja, yang pada 9M06 pos ini turun ke posisi kelima terbesar. Hal ini meski pos biaya tenaga kerja naik 64% menjadi Rp235 miliar menyusul kenaikan gaji serta tunjangan kinerja tahunan. Biaya tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai biaya tetap sehingga peningkatan/penurunan tidak selalu berkorelasi dengan kinerja produksi feronikel. Seiring dengan kenaikan produksi feronikel, biaya bahan naik 160% menjadi Rp369 miliar dan menjadi komponen biaya terbesar dari komponen biaya terbesar ketiga di 9M05. Biaya bahan mencakup biaya bijih nikel yang dibeli Antam dari PT Inco untuk umpan bijih pabrik FeNi III serta biaya bahan untuk memproduksi feronikel seperti batu kapur dan antrasit. Seiring dengan berjalannya pabrik FeNi III pada akhir bulan Maret 2006, Antam mulai membukukan depresiasi pabrik, output dari pabrik sebagai penjualan (dari sekedar men-offset biaya investasi) serta beban bunga dari hutang tidak lagi dikapitalisir. Oleh karena itu depresiasi naik 124% menjadi Rp257 miliar dan tetap menjadi komponen biaya terbesar keempat Antam. Dampak dari peningkatan produksi feronikel terlihat jelas pada pos biaya BBM yang dalam 9M06 menjadi komponen biaya terbesar kedua, dibandingkan dalam 9M05 yang menjadi komponen biaya terbesar kelima. Biaya BBM Antam naik 285% menjadi Rp350 miliar. Kenaikan ini menjadi kontributor terbesar terhadap peningkatan harga pokok penjualan. Kenaikan biaya BBM tidak hanya disebabkan peningkatan volume pemakaian BBM untuk pemakaian feronikel, melainkan juga karena adanya kenaikan harga BBM sebesar 78% menjadi Rp3.130 per liter dari Rp1.762 per liter. Kenaikan harga jual BBM disebabkan peningkatan harga minyak internasional serta dihapuskannya subsidi BBM secara nasional pada bulan Maret dan Juli 2005. Beban Usaha Beban usaha Antam turun 4% menjadi Rp189 miliar dan hanya 6% dari total pendapatan Antam. Penurunan ini disebabkan penurunan pos biaya umum dan administrasi yang turun 5% menjadi Rp176 miliar. Laba usaha Antam naik 56% menjadi Rp1,317 triliun (US$144 juta), sehingga marjin usaha Antam naik dari 38% menjadi 39%. Jika peningkatan harga pokok penjualan dan beban usaha Antam digabungkan, kenaikan keduanya tercatat 52%, lebih rendah dibandingkan peningkatan pendapatan yang tercatat 53%. Beban Lain-lain dan Laba Bersih Beban Antam yang bersifat non-operational dan one-off, non-recurring tercatat signifikan pada 9M06. Oleh karena itu, tingkat laba sebelum pajak penghasilan hanya naik 15% menjadi Rp1,160 triliun. Pada 9M05 Antam mencatat Pendapatan Lain-lain sebesar Rp167 miliar sementara pada 9M06 Antam mencatat Beban Lain-lain sebesar Rp157 miliar. Beban bunga Antam naik 668% menjadi Rp96 miliar seiring dengan tidak lagi dikapitalisirnya beban bunga pinjaman yang terkait dengan proyek FeNi III seiring dengan selesainya pemasangan dan berjalannya pabrik. Selain itu, Antam juga mencatat rugi selisih kurs sebesar Rp61 miliar dibandingkan laba kurs Rp88 miliar pada 9M05 seiring dengan penguatan Rupiah. Aset Antam yang berdenominasi dalam dolar Amerika akan berkurang nilainya dalam Rupiah jika nilai Rupiah menguat. Selain itu, Antam juga mencatatkan beban lain-lain sebesar Rp20 miliar dibandingkan pendapatan lain-lain sebesar Rp75 miliar pada 9M05. Laba bersih Antam tercatat Rp809 miliar (US$88 juta), naik 14% dibandingkan pencapaian laba bersih 9M05. Biaya Tunai dan Pengurangan Biaya Biaya tunai feronikel tercatat naik 11% menjadi US$4,20 per pon, sebagian besar disebabkan kenaikan harga BBM. Biaya tunai saprolit dan limonit masing-masing tercatat sebesar US$16,38 per wet metric ton (wmt) dan US$7,21 per wmt. Biaya tunai emas masih tercatat dibawah US$300 per troy ounce. Sehingga, Antam mencatatkan lebih dari 50% cash cost margin untuk seluruh komoditas yang diproduksi. Antam merupakan produsen berbiaya rendah untuk semua produknya dengan pengecualian feronikel, di mana Antam berada di top quartile produsen feronikel di 9M05. Antam berencana untuk menurunkan level biaya feronikel melalui konversi ke jenis bahan bakar yang lebih murah di tahun 2009. Antam merencanakan konversi ke gas, tenaga air, atau batubara akan menghasilkan tingkat biaya tunai sebesar US$3,50 per pon, atau di posisi low-to-middle produsen feronikel dunia. Baru-baru ini sebuah perusahaan enjinering Kanada mengemukakan bahwa rencana penggunaan tenaga air oleh Antam cukup layak. Sementara itu, rencana penggunaan gas saat ini mulai tampak kurang feasible. Sebuah teknologi baru dinamakan Smart Predictive Line Control yang menghilangkan fluktuasi beban pabrik juga tengah dianalisa, sehingga memungkinkan penggunaan batubara. Sebelumnya penggunaan batubara hampir tidak memungkinkan karena masalah fluktuasi beban. Konversi ke jenis bahan bakar yang lebih murah akan mendatangkan penghematan terbesar bagi Antam. Upaya lain yang dilakukan Antam diantaranya pengurangan jumlah tenaga kerja dari 2.900 menjadi 2.500 pada tahun 2009, penggunaan peralatan dan bahan yang lebih murah, serta penggunaan peralatan yang lebih baik sehingga terjadi peningkatan efisiensi dan produktivitas. Neraca Neraca Antam tercatat baik dengan peningkatan total aktiva sebesar 10% menjadi Rp6,676 triliun (US$723 juta), sementara total hutang dengan bunga (interest-bearing debt) turun 12% menjadi Rp1,811 triliun (US$196 juta), atau 27% dari total aktiva, dari Rp2,067 triliun atau 34% dari total aktiva. Rasio lancar Antam naik menjadi 378% dari 318% dengan modal kerja Antam naik menjadi Rp1,935 triliun dari Rp1,527 triliun. Rasio total kewajiban terhadap ekuitas tercatat 89% dengan debt to equity sebesar 47:53. Antam akan terus berupaya untuk memperkuat struktur finansial perusahaan yang merupakan salah satu pilar strategi pertumbuhan Antam. Total ekuitas Antam tercatat Rp3,537 triliun, naik 22% dibandingkan 9M05 dengan Rp2,561 triliun merupakan saldo laba yang naik 33% dibandingkan 9M05. Aktiva Peningkatan total aktiva sebesar Rp585 miliar sebagian besar disebabkan kenaikan total aktiva lancar sebesar 31% menjadi Rp2,631 triliun. Kenaikan total aktiva lancar sendiri disebabkan kenaikan kas dan setara kas sebesar 20% atau Rp138 miliar menjadi Rp814 miliar, peningkatan piutang usaha sebesar 86% dari Rp453 miliar menjadi Rp844 miliar peningkatan persediaan sebesar Rp288 miliar atau 70% menjadi Rp702 miliar. Peningkatan kas dan setara kas yang 87% berdenominasi dolar Amerika disebabkan kenaikan penjualan feronikel serta peningkatan harga jual nikel. Kas dan setara kas Antam disimpan dalam bentuk kas dan deposito berjangka di beberapa bank. Peningkatan piutang usaha dan persediaan sebagian besar disebabkan kenaikan harga dari barang jadi serta suku cadang dan bahan pembantu Antam. Lebih dari tiga perempat piutang Antam jatuh tempo dalam 30 hari dan Antam berkeyakinan semuanya dapat tertagih. Sejumlah 86% dari aktiva tidak lancar Antam merupakan aktiva tetap yang turun 5% menjadi Rp3,466 triliun. Sementara itu biaya eksplorasi dan pengembangan tangguhan naik 55% menjadi Rp361 miliar, merefleksikan fokus Antam dalam kegiatan eksplorasi. Kewajiban Kewajiban lancar Antam naik 45% menjadi Rp696 miliar seiring dengan kenaikan beban yang harus dibayar sebesar 117% menjadi Rp315 miliar, kenaikan hutang pajak sebesar 10% menjadi Rp224 miliar dan pinjaman investasi dari BCA sebesar Rp55 miliar yang jatuh tempo dalam waktu setahun. Sementara itu, hutang usaha kepada pihak ketiga turun 20% menjadi Rp78 miliar. Kewajiban tidak lancar Antam turun 10% menjadi Rp2,443 triliun, merefleksikan aktivitas Antam yang terus menurunkan jumlah hutang yang dimilikinya untuk memperkuat struktur finansial perusahaan. Nilai dari obligasi Antam turun 12% menjadi Rp1,547 triliun (atau dari US$175 juta menjadi US$171 juta), sementara pinjaman Antam dari BCA turun 33% menjadi Rp208 miliar. Nilai dari kedua pinjaman yang berdenominasi dolar Amerika ini juga berkurang seiring dengan penguatan Rupiah. Nilai kewajiban pensiun dan pasca kerja tercatat naik 9% menjadi Rp607 miliar. Arus Kas Arus kas Antam merefleksikan peningkatan produksi dan penjualan feronikel dari pabrik FeNi III serta kenaikan harga jual nikel. Selain itu, arus kas Antam juga merefleksikan peningkatan biaya serta penurunan pengeluaran investasi seiring dengan makin berkurangnya pengeluaran untuk pembangunan pabrik FeNi III. Terkait dengan proyek FeNi III, arus kas dari aktivitas operasi juga mencatatkan penerimaan restitusi pajak. Arus kas dari aktivitas operasi yang cukup besar serta berkurangnya pengeluaran untuk investasi menyebabkan Antam mencatat free cash flow sebesar Rp535 miliar, dibandingkan negative free cash flow sebesar Rp817 miliar pada 9M05. Belanja modal Antam turun 78% menjadi Rp243 miliar pada 9M06. Sama seperti tahun 2005, belanja modal Antam sebagian besar ditujukan untuk segmen nikel. Arus kas dari aktivitas operasi naik 100% menjadi Rp778 miliar seiring dengan peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar 54% menjadi Rp3,057 triliun. Sementara pembayaran kepada pemasok naik 107% (pembayaran terbesar berjumlah Rp195 miliar kepada Pertamina yang dicatatkan dalam harga pokok penjualan) menjadi Rp1,769 triliun. Antam juga mencatatkan penerimaan restitusi pajak sebesar Rp201 miliar yang berasal dari pembayaran pajak terkait dengan proyek FeNi III. Pembayaran kepada komisaris, direktur, dan karyawan turun 1,5% menjadi Rp333 miliar, sementara pembayaran pajak turun 10% menjadi Rp344 miliar. Arus kas untuk aktivitas investasi turun 71% menjadi Rp367 miliar seiring dengan selesainya konstruksi pabrik FeNi III. Perolehan aktiva tetap turun 80% menjadi Rp242 miliar. Biaya eksplorasi dan pengembangan naik 92% menjadi Rp98 miliar. Arus kas untuk aktivitas pendanaan turun 32% menjadi Rp322 miliar seiring dengan pembayaran hutang jangka panjang sebesar Rp36 miliar. Nilai pembayaran ini lebih kecil 85% dibandingkan 9M05. Pembayaran dividen Antam tercatat naik 11% menjadi Rp286 miliar. Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Ashur Wasif Sekretaris Perusahaan Tel: (6221) 780 5119 Fax: (6221) 781 2822 Email: corsec@antam.com (T.UM001/B/W001/W001) 30-10-2006 16:16:33

Copyright © ANTARA 2006