Makkah (ANTARA News) - Masalah pemondokan haji di Makkah sudah tuntas dari sebelumnya ada perbendaaan angka antara yang tertera di dalam kontrak antara pemerintah Indonesia dan pemilik hotel dengan yang tertera di sistem elektronik haji yang mulai diterapkan oleh pemerintah Arab Saudi.

"Sudah selesai," kata Kepala Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Makkah, Endang Jumala di Makkah, Sabtu.

Sebelumnya ada tujuh hotel dengan jumlah jamaah 6.000 orang yang bermasalah akibat adanya perbedaan data tersebut.

Permasalahan ini timbul karena sistem elektronik haji diterapkan setelah kontrak sewa penginapan dilakukan, padahal ketentuan di sistem elektronik tersebut tidak sesuai dengan isi kontrak yang telah dilakukan.

Sebagai contoh pemerintah Arab Saudi meminta satu kamar diisi empat orang dengan luas berapapun, sementara persyaratan yang diinginkan oleh pemerintah Indonesia saat menyewa penginapan adalah berdasarkan luas per jamaah (sehingga jika ruangan luas maka bisa diisi banyak jamaah).

Misalnya, dalam kontrak penginapan bisa diisi 800 orang namun menurut sistem elektronik hanya 750 orang akibatnya terdapat jamaah Indonesia yang bisa tidak mendapatkan penginapan.

Untuk itu, kata Endang, pemilik hotel diminta melakukan negoisasi dengan dinas pariwasata setempat yang menangani masalah penginapan tersebut. Hasilnya pada pada 2 September tinggal lima penginapan yang bermasalah dengan 2.000 jamaah dan pada 4 September tinggal satu penginapan dan kini sudah selesai semua.

Salah satu pemecahan masalah adalah pemilik penginapan mencari penginapan lainnya. Untuk itu, kata Endang, dilakukan adendum (perubahan) pada kontrak yang telah dibuat.

Namun ia mengakui bahwa untuk hotel terakhir yang masih bermasalah belum dilakukan secara tertulis karena di Arab Saudi sedang libur.

"Sekarang tinggal tunggu formalitas," katanya.

Ia mengatakan jika pemilik penginapan mencari penginapan lain maka ia meminta jaraknya antara 10-50 meter dari hotel induk. Hal ini agar jamaah tidak terpencar jauh dari kloternya."Saat ini sedang dilakukan proses konfigurasi penempatan dan pemecahan kloter sehingga tidak berjauhan dari wilayah induk," katanya.

Endang mengatakan di Makkah terdapat 116 penginapan yang akan ditempati jamaah Indonesia, dimana 70 penginapan adalah hotel minimal bintang tiga dan sisanya adalah apartemen.

Jamaah haji Indonesia sendiri baru masuk ke Makkah mulai 10 September. Jamaah haji gelombang pertama baik yang mendarat di Madinah atau Jeddah langsung ditempatkan di Madinah, antara lain untuk sunah arbain atau shalat wajib 40 waktu di Masjid Nabawi. Mereka baru ke Makkah pada 10 September. Sementara jamaah haji gelombang kedua langsung ke Makkah mulai 15 September.

Jumlah kuota jamaah haji Indonesia tahun 2014 sebanyak sekitar 168.800 jamaah, yang terdiri atas 155.200 jemaah haji reguler dan 13.600 jemaah haji khusus.

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014