Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR dari Fraksi PPP, Tosari Widjaja, di Jakarta, Rabu, menilai berapa pun besar biaya perjalanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan ke China, itu bisa ditutupi oleh keberhasilan menjalin beragam kerjasama biletaral berdimensi jangka panjang. Tosari mengemukakan hal itu menanggapi sinyalemen yang mengungkapkan biaya satu kali perjalanan Presiden Yudhoyono dan rombongan mencapai Rp31 miliar, tetapi dari 28 kali kunjungan ke luar negeri dalam dua tahun terakhir belum terlihat realisasi konkret di lapangan. "Saya sebagai anggota delegasi yang mengikuti dan mengamati secara cermat dengan sungguh-sungguh perjalanan kerja Presiden ke China, juga nantinya wajib melaporkan kepada rakyat melalui DPR. Tetapi, kalau dipermasalahkan biaya perjalanan yang Rp31 miliar, apalagi dinilai amat besar, saya ibaratkan, seandainya kita mau memancing ikan kakap, tidak mungkin kita melepas dengan umpan teri, apalagi tanpa umpan," kilah Tosari Widjaja. Dikatakannya program perjalanan Presiden yang sangat padat di China berdimensi bilateral dan mulai memperkenalkan produk-produk Indonesia melalui pameran di Shanghai dan di Nanning, dengan mendapat sambutan luas masyarakat maupun pemerintahnya. "Tentu titik terang itu tidak serta merta terwujud, tapi harus ditindaklanjuti dengan bekerja keras oleh pembantu-pembantu Presiden dan didukung oleh berbagai komponen masyarakat, agar mempercepat realisasi dari keputusan politik Presiden," katanya. Sedangkan menyangkut apakah umpan berbentuk biaya perjalanan sebesar Rp31 miliar mampu menarik hasil besar, Tosari Widjaja terus-terang menyatakan: "Mari kita tunggu. Saya optimisitis, karena mengikuti dan mengamati proses secara sungguh-sungguh, walaupun melelahkan." Tujuh Kesepakatan Tosari Widjaja yang mantan Wakil Ketua DPR ini juga menguraikan, dari rangkaian pembicaraan bilateral Presiden Yudhoyono dengan Perdana Menteri China, berhasil menyepakati sedikitnya tujuh hal penting. "Pertama, investasi China ke Indonesia terus akan ditingkatkan. Kedua, perdagangan antar kedua negara tahun 2010 ditargetkan mencapai 30 miliar dolar AS. Ketiga, kerjasama di bidang investasi energi dan biofuel terus akan ditingkatkan. Keempat, kerjasama pariwisata termasuk penerbangan, khususnya rute kota Quilin-Bali dan dilanjutkan pada daerah-daerah wisata lainnya. Kelima, kerjasama pertahanan. Keenam, kerjasama maritim termasuk keamanan Selat Malaka dan ketujuh, sepakat Korea Utara kembali ke meja perundingan tentang nuklir dan mendorong China menggunakan pengaruhnya," katanya. Dijelaskannya pula, indikasi keberhasilan (perjalanan Presiden ke China), ditandai pula dengan terjadinya transaksi-transaksi perdagangan di Pameran Tunggal Shanghai yang berlangsung hanya tiga hari, mencapai lebih satu triliun rupiah. "Selain itu, ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama Energi yang bernilai lebih dari empat miliar dolar AS," kata Tosari Widjaja. Dalam konteks mendukung pembangunan regional, demikian Tosari Widjaja, saat ini sedang dijajaki kerjasama antara Gubernur Provinsi Guangzi dengan Gubernur Papua (anggota delegasi) untuk pembangunan pabrik ethanol dengan bahan baku singkong (cassava) seluas satu juta hektare di Papua. Menyangkut program multilateral, terutama yang dicapai melalui acara peringatan 15 tahun kerjasama China-ASEAN (ASEAN +1) di Nanning, disepakati kerjasama dalam meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, keamanan serta perdamaian kawasan Asia. (*)

Copyright © ANTARA 2006