Jika kami mundur, pemerintah akan mengabaikan kami. Dengan kami tetap berada di sini, kami bisa bereaksi terhadap apapun yang terjadi.
Hong Kong (ANTARA News) - Pendemo pro-demokrasi Hong Kong mengatakan merasa skeptis dengan hasil dialog tidak resmi antara Pemerintah Hong Kong dan mahasiswa yang dijadualkan digelar akhir pekan ini.

Sementara jumlah pendemo di beberapa tempat sekitar kota berkurang menjadi hanya beberapa ratus orang setelah gerakan berhari-hari menuntut pemilihan umum benar-benar bebas. Pendemo yang masih berada di barisan depan mengatakan tidak akan mundur.

"Ini adalah titik penting -- kami harus bertahan tak peduli berapa orang yang masih ada," kata Helix Kwok (18), salah satu pelajar yang berkemah di luar kantor Kepala Eksekutif, Rabu.

"Jika kami mundur, pemerintah akan mengabaikan kami. Dengan kami tetap berada di sini, kami bisa bereaksi terhadap apapun yang terjadi," tambahnya.

Kompleks bangunan pemerintah merupakan salah satu lokasi unjuk rasa utama serta beberapa kali ketegangan antara polisi dan mahasiswa yang mengakibatkan sesi pembukaan parlemen pada Rabu dibatalkan dengan alasan keamanan.

Setelah tiga putaran "pembicaraan awal", pembicaraan resmi dijadualkan pada Jumat siang antara mahasiswa dengan Kepala Sekretaris Carrie Lam -- wakil pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying.

Kelompok pro-demokrasi sebelumnya telah sepakat untuk berdiskusi dengan Lam namun dibatalkan pada Jumat setelah insiden yang mereka sebut "serangan terorganisir" terhadap pengunjuk rasa di tempat unjukrasa di Mong Kok.

Pemimpin para mahasiswa, Lester Shum mengatakan mereka berniat untuk melakukan pembicaraan --namun mengungkapkan kekhawatiran adanya taktik curang.

"Kami mendesak pejabat Hong Kong dan Carrie Lam untuk menghadapi masalah reformasi politik secara langsung, bukannya menggunakan taktik untuk mempermainkan kami," katanya Lester Shum, Selasa malam setelah tanggal pelaksanaan dialog diumumkan oleh pemerintah.

Pendemo yang masih beraksi di jalan pada Rabu juga tidak terlalu menanggapi niat pemerintah itu.

"Saya tidak terlalu berharap dengan hasilnya," kata Timothy Sun (17) yang berada di lokasi demo Admiralty selama 10 hari.

"Saya rasa pemerintah akan mengulangi hal yang sama seperti sebelumnya --bukannya menerima permintaan kami seperti nominasi sipil, mereka akan mengatakan bahwa kami akan mendapatkan pemilu bebas secara bertahap, hal-hal semacam itulah," tambah dia.

(S022)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014