Teheran (ANTARA News) - Iran Senin membantah telah menerima tenggat waktu dari FIFA yang menuntut diakhirinya campur tangan dari pemerintah kedalam federasi sepakbola negara itu, demikian dilaporkan media setempat. Mantan ketua federasi Mohammad Dadkan dan stafnya dipecat setelah final Piala Dunia di Jerman dan Kiomars Hashemi ditunjuk penjabat ketua federasi sepakbola Iran. Tapi FIFA pada September menegaskan lagi bahwa Dadkan, berdasarkan penilaian mereka masih tetap ketua federasi sepakbola Iran. Kendati dalam peringatan terdahulu Iran punya waktu sampai 15 November untuk menyesuaikan diri dengan peraturan FIFA mengenai larangan campur tangan dari pemerintah, penjabat ketua Hashemi membantah surat tentang tenggat waktu dari FIFA atau Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) yang menetapkan tenggat waktu kepada kami dan kami belum menerimanya," kata Hashemi. "Karenanya dalam kaitan ini tidak ada masalah dan isu tenggat waktu tehadap Iran tidak benar," tambah Hashemi, yang juga wakil ketua organisasi pendidikan jasmani dan ditunjuk pemerintah. Menyusul keluhan dari kalangan legislatif, Dadkan dan direksinya dipecat setelah Iran terbawah dalam Grup D Piala Dunia dengan hanya mengantongi satu poin dari tiga pertandingan. Federasi diambil-alih organisasi pendidikan jasmani dan wakil ketua badan itu, Hashemi, diangkat sebagai penjabat ketua federasi. Jurubicara FIFA Andreas Herren dalam September mengabaikan spekulasi yang menyebutkan bahwa ofisial sepakbola Iran telah menyelesaikan persoalan mereka dengan badan dunia itu. Ia bertahan bahwa menurut pandangan resmi FIFA direksi yang diketuai Dadkan tetap sebagai pimpinan yang sah, secara internasional diakui FIFA dan Konfederasi Sepakbola Asia. Pada Juli AFC menolak mengakui badan sepakbola Iran yang baru. Tapi Hashemi menandaskan, "Sudah berulangkali kami katakan, Dadkan yang meninggalkan federasi." "Bisakah kami membiarkan federasi tanpa petugas? Karena itu ketika Dadkan mengucapkan selamat tinggal pada sepakbola, kami mengangkap seseorang untuk mengurusnya," tambahnya dikutip Reuters. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006