Jakarta (ANTARA News) - Kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan, diperkirakan telah menewaskan seribu ekor orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan mengancam kekayaan hayati yang ada di kawasan hutan gambut Mawas eks PLG (Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektare), Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. "Kebakaran ini telah menyebabkan sejumlah orangutan dehidrasi, mengalami sakit pernafasan akut, kekurangan makanan, bahkan terluka karena terkena api," kata Willie Smits, Pembina Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (The Borneo Orangutan Survival/BOS Foundation), seperti dikutip dari siaran pers yang diterima ANTARA News, Selasa malam. Willie mencatat 120 ekor orangutan kini terancam sakit di tiga pusat konservasi yang didirikan sejak tiga tahun lalu, bahkan 10 dari 15 orangutan telah tewas. Saat ini kegiatan di Pusat Reintroduksi Orangutan yang dikelola Yayasan BOS di Nyaru Menteng, Kalteng, kegiatannya terganggu karena asap. Sejumlah orangutan di sana secara serempak mengalami sakit ISPA, flu dan pilek. Kegiatan sekolah hutan pun kurang bisa maksimal di lakukan karena asap menghalangi jarak pandang. Sementara itu Asisten Manager Pusat Reintroduksi Orangutan Yayasan BOS di Nyaru Menteng, Hardi Baktiantoro, juga menjelaskan bahwa bencana asap di Kalimantan Tengah memang lebih banyak disebabkan oleh upaya pembersihan lahan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. "Saat ini kami tengah mengupayakan agar penegakkan hukum terhadap pelaku bisa di proses oleh pihak terkait. Kami sangat mendukung upaya pemerintah ini terutama dalam menindak tegas perusahaan perkebunan yang diduga melakukan pembakaran hutan untuk pembukaan lahan bagi perkebunan," kata Hardi. Wakil Manager Program Konservasi Mawas Yayasan BOS untuk Tim Riset dan Pengembangan, Kisar Odom, lebih jauh mengatakan bahwa kondisi orangutan yang berada di tempat pelepasliaran orangutan di area Blok AB Mawas, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, cukup memprihatinkan. Beberapa di antaranya terlihat berkeliaran keluar dari hutan atau menyeberangi sungai Mantangai guna menyelamatkan diri. Luas area terbakar di kawasan yang terkenal dengan ketebalan gambut dan kekayaan biodeversity hutan gambutnya itu kini mencapai 17.815 ha atau sekitar 19,2 % dari luas blok AB (92.929 ha). Sedangkan pada periode Oktober luas area terbakar diperkirakan 9.298 ha atau 10%-nya. Sementara kondisi hutan gambut Tuanan, dimana ada 3.000 ekor orangutan liar hidup bebas di sana, dalam pemantauan Tim Riset, jelas Odom lagi, masih dalam kondisi aman, kendati diterpa kabut asap yang tebal, sehingga menyulitkan Tim Riset menemukan mereka. Dalam catatan data BOS, ada lebih dari 6.000 orangutan di daerah Sebangau, di Tanjung Puting ada 5.000-an orangutan, di Tuanan sendiri ada 3.000. Kawasan area hutan gambut Mawas ini teridentifikasikan adanya 40 jenis (18 family) mamalia. Beberapa di antara jenis mamalia tersebut dikenal sebagai satwa langka yang masuk kategori dilindungi menurut versi CITES dan IUCN, seperti orangutan, bekantan (Nasalis larvatus), beruang (Helarctos malayamus), dan macam dahan (Neofelis nebulosa). Sementara jenis burung ditemui adanya 143 jenis burung (32 family). Di antara 143 itu ada 32 jenis masuk kategori dilindungi menurut versi IUCN dan 12 jenisnya menurut versi CITES.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006