Padang (ANTARA News) - Sekitar 69 persen dari 2,5 juta hektare terumbu karang di Indonesia, kini dalam kondisi rusak dan untuk menyelamatkannya perlu dukungan berbagai pihak dan masyarakat di pinggir pantai. "Sebanyak 400 titik pemantau akan dibangun, guna memantau kondisi terumbu karang di Indonesia," kata Sekretaris Eksekutif Coremat Fase II, Sapta Putra Ginting, dalam dialog publik di Pulau Sikuai, Kota Padang, Sumbar, Kamis Malam (9/11). Indonesia, termasuk kawasan kaya terumbu karang atau sekitar 10 persen terumbu karang di dunia berada di Indonesia. Guna menyelamatkan dan mempertahankan keberadaan terumbu karang, dilakukan upaya untuk menyadarkan masyarakat, khususnya berada di pinggir pantai, tentang pentingnya keberadaan terumbu karang itu. "Ke depan kita akan buat satu sistem jaringan pemantau dan informasi terumbu karang, yang menyebar pada 400 titik di berbagai daerah pantai di Indonesia," katanya. Terumbu karang bermanfaat sebagai penyangga daerah pantai, dan jika dikelola secara baik juga dapat dijadikan bahan baku kosmetik dan obat-obatan, selain itu menjadi satu obyek wisata sebagai taman laut. Terkait keberadan terumbu karang di Sumatera Barat,satu kawasan pantai barat di Sumatera, menurut Ginting, tingkat kerusakan cukup tinggi yakni sekitar 70 persen dari total luas 25.984 hektare. Kerusakan terumbu karang akibat penggunaan alat peledak dalam menangkap ikan, racun sianida, dan jangkar kapal saat berlabuh. Khusus di Kepulauan Mentawai, Sumbar, satu pulau berada di tengah Samudera Hindia, menurut dia, kerusakan terparah akibat warga setempat menjadikan terumbu karang sebagai bahan bangunan rumah. Warga di sana, kata dia, memanfaatkan terumbu karang untuk bangunan rumah, sebagai satu pilihan karena sulitnya mendapatkan bangunan rumah dari batu.(*)

Copyright © ANTARA 2006