Tulungagung (ANTARA News) - Sejumlah petani di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengapresiasi positif tren kenaikan harga cabai selama kurun dua pekan terakhir, karena berdampak pemulihan modal produksi mereka serta keuntungan yang berlipat.

"Kalau harganya bagus, tentu petani (cabai) seperti kami menjadi bersemangat," ujar Wiji, petani cabai di Kecamatan Sumbergempol, Sabtu.

Ia menyebut, dalam dua pekan terakhir kenaikan harga cabai mencapai 200 persen atau dua kali lipat dibanding sebelumnya.

Dari sebelumnya sempat menyentuh harga terendah Rp3.500 hingga Rp5.000 per kilogram untuk jenis cabai keriting, saat ini harganya telah naik berlipat menjadi Rp20 ribu per kilogram.

Tren kenaikan juga terjadi pada komoditas cabai rawit merah dan hijau yang harganya di pasaran tembus Rp18 ribu dan Rp26 ribu per kilogram.

"Seminggu lalu, harga cabe merah besar masih di angka Rp9 ribu dan cabe rawit masih Rp8 ribu per kilogram. Dalam dua pekan ini, naiknya sudah dua kali lipat," papar Wiji dengan nada antusias.

Petani lain, Harowi mengapresiasi tren kenaikan harga cabai di pasaran yang disebutnya menjadi stimulus petani dalam meningkatkan produksi mereka.

"Di sini ditanam dua jenis saja, yaitu cabe rawit merah dan hijau. Untuk kedua jenis cabe itu sekarang memang mahal. Petani jadi semangat kembali merawat cabainya masing-masing," tuturnya.

Ia tidak merinci biaya produksi pertanian cabai yang telah dikeluarkannya. Namun dengan nilai jual cabai yang berkisar Rp20 ribu, kata Harowi, ia memastikan petani telah meraup untung hampir seratus persen dari modal awal/produksinya.

Sementara itu, salah seorang pedagang di Pasar Wage Tulungagung, Sukarti mengakui, komoditas cabai mengalami kenaikan karena adanya isu kenaikan BBM (bahan bakar minyak) serta mulai berkurangnya pasokan cabai dari luar daerah.

"Katanya BBM mau naik, ini cabai juga naik dan memang pasokan dari pedagang luar daerah menurun," ungkap Sukarti.

Ia menduga, faktor lain kenaikan harga juga dipicu keputusasaan petani saat harga cabai hanya berkisar di antara harga Rp3,5 ribu hingga Rp5 ribu per kilogram.

Saat itu, lanjut dia, banyak petani yang beramai-ramai beralih ke komoditas lain, seperti palawija, jagung dan kedelai.

Ia menyebut, penghasil cabai di Tulungagung ada di sejumlah kecamatan antara lain di Kecamatan Ngantru, Rejotangan, Sumbergempol, Pakel, Boyolangu dan Campurdarat.

Petani berharap mahalnya harga cabe ini akan terus bertahan dan bahkan berharap agar harganya mencapai Rp120 ribu per kilogramnyanya.

Pewarta: Destyan HS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014