Jakarta, 21 Nopember (ANTARA) - PT. Sarana Perdana Cipta Karya (SPCK), anak perusahaan Sarana Group, menawarkan solusi untuk pembangunan perumahan yang cepat, layak huni, dengan harga yang terjangkau dan stabil, serta ramah lingkungan. "Produk yang kami tawarkan adalah panel beton 'hollow precast' atau yang kami sebut dengan istilah 'Sarana Perdana Greatwall'," tutur Prasetianto Wicaksono, Managing Director PT. Sarana Perdana Cipta Karya (SPCK). Produk ini sedang dipasarkan untuk dipakai dalam pembangunan perumahan bagi para korban tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias. SPCK saat ini sedang mempersiapkan fasilitas pabrik yang berlokasi di Indrapuri, Aceh Besar, dan diharapkan mulai beroperasi secara penuh pada Maret 2007 mendatang. Menurut Prasetianto, diperkenalkannya "Sarana Perdana Greatwall" (SPGW) oleh SPCK didasari oleh keprihatinan pada pembangunan perumahan di Aceh dan Nias yang masih jauh dari harapan, padahal amat dinantikan oleh masyarakat yang tertimpa musibah. Pasalnya, pembangunan rumah di Aceh mempunyai kelemahan, yaitu sulitnya didapatkan kestabilan harga bahan bangunan yang membuat biaya menjadi mahal dan tidak terkontrol. Komponen rumah biasa seperti batu bata, semen, kayu, pasir dan batu harganya cenderung tidak stabil. Sedangkan komponen rumah dari SPGW adalah semen, pasir dan batu saja, sehingga memudahkan dalam pengontrolan harga bahan bangunan. "Untuk itu kami berharap penggunaan panel beton SPGW dapat mendukung realisasi percepatan penyediaan perumahan dan pembangunan pemukiman di kawasan-kawasan rawan gempa bumi secara cepat, kokoh, biaya terjangkau dan sistem produksi maupun perakitan yang praktis, sehingga dapat mempercepat penyelesaian penyediaan perumahan di Aceh dan Nias," jelas Prasetianto. Bencana alam yang kerap menerpa negeri ini memunculkan berbagai metode pembangunan perumahan secara cepat. Sayangnya, metode yang selama ini ditawarkan belum memenuhi unsur layak huni dan harga yang terjangkau. Pada awalnya, pembangunan perumahan untuk tipe 36 oleh BRR dianggarkan sebesar Rp 42 juta/unit, namun saat ini sudah mencapai Rp 59 juta/unit. "Dengan menggunakan sistem SPGW, ketersediaan bahan bangunan dapat terjaga, dengan kemampuan mesin yang dapat menyediakan material dinding untuk 3.000 rumah per bulan," ujar Prasetianto. Keunggulan dari rumah yang menggunakan material SPGW adalah memiliki standar mutu yang sama, cepat dalam produksi dan penyediaan komponen, cepat dan praktis dalam proses pemasangan, tidak diperlukan plesteran dan acian, ringan, tahan terhadap segala cuaca, kedap suara dan suhu, serta kokoh. Selain itu, kekuatan rumah yang menggunakan material SPGW mampu menahan serangan gempa sampai 8,5 Skala Richter. Keunggulan lain dari SPGW adalah ramah lingkungan, di mana untuk pembuatan rumah tidak diperlukan lagi material kayu, yang diganti dengan beton dan baja untuk kuda-kuda, penahan atap, kusen jendela dan pintu. Penggunaan material beton, selain memperkuat juga sekaligus memperindah profil dari bangunan rumah. Saat ini, kebutuhan pembangunan perumahan di wilayah Aceh dan Nias begitu besar, menyebabkan masyarakat yang peduli dengan lingkungan hidup mencemaskan kelestarian hutan, karena kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan begitu besar. "Dengan menggunakan material bahan bangunan dari SPGW, maka pembangunan perumahan tidak lagi menggunakan bahan kayu. Sehingga selain mendapatkan rumah yang layak huni dan bermutu, target pembangunan perumahan dapat dilakukan dengan cepat namun tanpa perlu merusak hutan," jelas Prasetianto. Untuk keterangan lebih lanjut silakan hubungi: W.B. Nugroho Marketing Director PT. Sarana Perdana Cipta Karya Telp: (021) 351 3137 Fax: (021) 352 1537 (T.UM001/B/W001/W001) 21-11-2006 09:38:12

Copyright © ANTARA 2006