Palangka Raya (ANTARA News) - Sebanyak 48 ekor orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) yang datang dari Thailand, tiba di Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Rabu sore, dan segera dipindahkan ke Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, kota setempat. Ke-48 orangutan itu diterima secara langsung oleh Gubernur Kalimantan Tengah A Teras Narang, yang diawali penyerahan dokumen oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen PHKA Dephut Adi Susmianto kepada Gubernur Kalteng. Usai acara seremonial penyerahan itu, sebanyak 42 kandang ukuran kecil sekitar 75 x 75 sentimeter yang berisi 48 ekor orangutan segera dikeluarkan dari pesawat Hercules milik TNI AU bernomor penerbangan A-1321 yang membawa puluhan orangutan itu. Sebelum diangkut menggunakan sejumlah truk milik Brimob Polda Kalteng ke Nyaru Menteng yang berjarak sekitar 30 Kilometer dari Bandara, para petugas melakukan penyemprotan desinfektan ke kandang-kandang itu dan mendata ulang kesesuaian isi dengan dokumen. "Di Nyaru Menteng, kami juga akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh guna mendeteksi ada atau tidak penyakit seperti Hepatitis, TBC, Herpes, HIV, dan lainnya sesuai standar Indonesia. Sebelumnya pemerintah Thailand juga telah memeriksa hal ini, tapi kami yakin standar disini jauh lebih baik," kata Vice Maneger Yayasan BOS Nyaru Menteng, Hardi Baktiantoro. Menurut dia, pihaknya akan memperlakukan secara khusus orangutan yang dikembalikan dari Thailand itu dibandingkan orangutan lain yang berada di tempat itu. BOS sendiri mengaku telah menyediakan kandang khusus untuk 48 ekor orangutan itu, termasuk kandang terpisah untuk yang dideteksi sakit. Ia mengatakan, dokumen dari pemerintah Thailand menyebutkan sebanyak tujuh ekor dideteksi menderita hepatitis B dan seekor lagi ditengarai tengah hamil. Sementara itu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen PHKA Dephut Adi Susmianto menyatakan, upaya bertahun-tahun yang dilakukan pemerintah RI, termasuk lobi-lobi diplomatik, akhirnya membuahkan hasil dengan dipulangkannya ke-48 ekor orangutan itu ke Kalimantan. Ia mengemukakan, kasus penyelundupan orangutan ke luar negeri telah berlangsung begitu lama, dan diduga selama ini menggunakan kapal-kapal laut baik itu kapal ikan ataupun kapal kayu dalam pengirimannya. "Kecil kemungkinan mereka ini dibawa keluar Kalimantan Menggunakan angkutan udara, karena pengawasannya lebih ketat daripada pengawasan di laut," ujarnya. Ia mengakui, saat ini ada laporan menyebutkan sejumlah kasus serupa di berbagai negara yang juga melibatkan orangutan sebagai subyeknya. Di antaranya di Malaysia dilaporkan ada sekitar 5-6 ekor orangutan, di Filipina sekitar 20 ekor, dan di Saudi Arabia satu ekor orangutan. "Kami masih mengupayakan pemulangan mereka, termasuk lima ekor lain di Chiang Mai, Thailand yang belum dibawa serta," ucapnya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006