Kiev (ANTARA News) - Jumlah korban jiwa akibat serangan roket di Kota Pelabuhan Mariupol, yang dikuasai pemerintah di Ukraina Timur, Sabtu (24/1), naik jadi 30, sementara hampir 100 orang cedera, kata pemerintah setempat.

"Saat ini kami dapat mengkonfirmasi bahwa 30 orang, dua di antara mereka anak kecil, telah tewas," kata Oleg Kalinin, Juru Bicara Wali Kota Mariupol, kepada media setempat.

Sebelumnya, Dewan Kota Mariupol menyatakan sedikitnya 27 orang tewas dan 97 orang lagi cedera dalam serangan tersebut --yang terjadi di pasar terbuka dan beberapa toko serta rumah di dekatnya.

Setelah serangan itu, Presiden Ukraina Petro Poroshenko telah mengadakan pertemuan darurat Dewan Nasional dan Dewan Pertahanan guna membahas peningkatan ketegangan di wilayah timur Ukraina, demikian laporan Xinhua.

"Roket Grad berasal dari arah timur-utara di daerah Oktyabr, dan roket Uragan datang dari arah timur, di daerah Zaichenko. Keduanya dikuasai oleh Republik Rakyat Donetsk," kata Misi Pemantau Khusus Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa untuk Ukraina.

Sementara itu Menteri Pertahanan Ukraina Stepan Poltorak mengatakan militer Ukraina memperkuat personel di dekat Mariupol.

"Posisi militer Ukraina di dekat Mariupol telah diperkuat. Berbagai tindakan dilakukan guna meningkatkan kekuatan dan senjata guna memperkuat pertahanan dan melindungi warga sipil dari pemboman," kata Poltorak kepada kantor berita TASS.

Pada Sabtu pagi, satu sumber di Kementerian Pertahanan Rapublik Rakyat Donetsk, yang memproklamasikan diri secara sepihak, menyatakan anggota milisi telah memasuki pinggiran Mariupol.

Batalion relawan Aziv, yang memerangi gerilyawan bersama milikter Ukraina, mengatakan suara ledakan terdengar di pinggiran timur Mariupol.

Pada Sabtu pagi, Alexandr Zakharchenko, pemimpin gerilyawan yang mengupayakan kemerdekaan di Ukraina Timur, mengatakan pasukan gerilyawan melancarkan serangan terhadap Mariupol untuk merebut kota yang dikuasai pemerintah itu.

Mariupol, kota pelabuhan strategis di Laut Azov dengan sebanyak 460.000 warga, telah berada di bawah kendali pasukan pemerintah sejak Juni tahun lalu.

Babak kerusuhan paling akhir tersebut, yang meletus dua pekan sebelumnya, menandai gelombang baru peningkatan konflik sembilan-bulan di Ukraina Timur.

Sejak 12 Januari, sebanyak 290 orang telah tewas akibat pertempuran antara prajurit militer pemerintah dan gerilyawan. Secara keseluruhan, jumlah korban jiwa akibat konflik itu mencapai lebih dari 5.000 orang.

(Uu.C003)
 

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015