Kotabaru (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut melibatkan nelayan lokal untuk mengamankan perairan laut Indonesia dari kapal-kapal asing penangkap ikan ilegal.

Komandan Angkatan Laut Kotabaru Letkol Laut (P) Bagus Handoko, Senin, mengatakan pihaknya meminta nelayan membantu tugas pemerintah, apabila melihat ada kapal asing melakukan penangkapan ikan agar melaporkannya ke Lanal Kotabaru.

"Kami akan menerjunkan kapal KRI atau yang lainnya ke lokasi untuk melakukanm penangkapan," jelasnya.

Bagus mengaku, tindakan Pemerintah Indonesia menenggelamkan kapal asing yang terbukti menjarah ikan di perairan Indonesia telah mendapat sorotan dunia.

"Kami ingin menegakkan hukum perairan. Dan apapun risikonya sudah siap kami hadapi," tandasnya.

Danlanal mengemukakan, saat ini negara penghasil ikan tuna terbesar adalah Filipina, padahal lautnya kecil. Sehingga ada kemungkinan ikan tuna tersebut dihasilkan dari laut di Sulawesi atau laut Indonesia lainnya.

Begitu juga dengan Thailand yang menjadi negara penghasil makanan laut terbesar dunia, tidak menutup kemungkinan juga hasil laut yang beredar di negara tersebut diperoleh dari laut Indonesia.

"Pemerintah berharap dengan ketegasan terhadap kapal-kapal penjarah ikan di laut Indonesia mereka tidak akan ada lagi," tandasnya.

Oleh karenanya, dengan ketegasan ini perlu diikuti perbaikan pengetahuan nelayan Indonesia terhadap batas-batas antarnegara.

"Jangan sampai kami menenggelamkan kapal asing, tetapi disisi lain nelayan kita juga tertangkap negara lain, karena dianggap telah memasuki wilayahnya," kata dia.

Seperti pada Desember 2014, kapal nelayan Indonesia ditenggelamkan di Papua Nugini, dan bahkan ada juga nelayan asal Indonesia ditangkap oleh pemerintah Australia, kapalnya dibakar dan Anak Buah Kapal (ABK) ditawan sehingga Pemerintah Indonesia dengan Australia harus melakukan perjanjian untuk mengembalikan nelayan Indonesia yang ditangkap.

Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015