Surabaya (ANTARA News) - Guna menjaga kelancaran transaksi pembayaran, menyusul dampak gangguan luapan lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), Bank Indonesia (BI) bersama perbankan menyelenggarakan kliring lokal wilayah Pasuruan. Kepala Bidang Ekonomi dan Moneter BI Surabaya, Amril, di Surabaya, Jumat, mengemukakan, gangguan jalur transportasi akibat luapan lumpur di ruas Porong-Gempol dan sebaliknya menyebabkan kegiatan sistem pembayaran menjadi terganggu. Gangguan itu, katanya, sangat dirasakan oleh bank-bank yang berlokasi di Pasuruan. Mereka menghadapi kendala dalam melakukan kliring di Surabaya. Karena itu, jika tidak diberikan solusi segera maka terhambatnya kelancaran transaksi pembayaran non-tunai itu dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian di Pasuruan, yang merupakan daerah industri cukup aktif dan penting di Jatim. Terkait dengan hal tersebut, BI Surabaya bekerjasama dengan perbankan menyelenggarakan kliring lokal di wilayah Pasuruan sejak 7 Desember 2006. Wilayah kliring Pasuruan akan diikuti oleh sembilan bank. Bank Jatim Cabang Pasuruan ditunjuk sebagai bank penyelenggara. Menurut Amril, di Indonesia saat ini terdapat 105 penyelenggara kliring lokal, baik yang dilaksanakan BI maupun pihak lain yang ditunjuk BI. Sedangkan, di Jatim terdapat lima penyelenggara kliring lokal, yakni Bojonegoro, Tuban, Pamekasan, Jombang dan Pasuruan. Kliring lokal menurut rencana juga akan diadakan di wilayah Mojokerto. Berdasarkan data BI, transaksi keuangan melalui sistem kliring di Jatim pada triwulan III-2006 sebesar Rp34,75 triliun. Jumlah warkat yang diproses pada triwulan III-2006 sebanyak 1,67 juta lembar. Namun, sejak awal tahun, nominal transaksi kliring mencapai Rp114,37 triliun, dengan jumlah warkat yang diproses sebanyak 5,83 juta lembar. Sementara itu, transaksi kliring di wilayah Pasuruan tercatat rata-rata 2.841 transaksi per bulan, dengan nilai transaksi sebesar Rp26,17 miliar. Secara harian, rata-rata jumlah transaksi di Pasuruan sebanyak 158 transaksi dengan nominal Rp1,47 miliar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006