Sukabumi (ANTARA News) - Data Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat awal 2015 terjadi 15 kasus perdagangan manusia yang mayoritas korbannya adalah wanita.

"Para korban biasanya diiming-imingi bekerja di luar negeri maupun luar provinsi dengan gaji yang besar, padahal mereka dijual untuk dijadikan wanita penjaja seks," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Penanganan Traficking Dinsos Kabupaten Sukabumi, Sasmita kepada Antara di Sukabumi, Jumat.

Menurutnya, tingginya kasus perdagangan manusia ini disebabkan beberapa faktor, seperti pendidikan, kemiskinan dan gaya hidup. Namun, untuk saat ini gaya hidup menjadi faktor utama karena kebiasaan hidup konsumtif dan ingin mendapatkan uang dengan cara cepat dan mudah.

Dalam melakukan penanganan dan antisipasi perdagangan manusia selain secara rutin sosialisasi juga berkoordinasi dengan berbagai lembaga seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Forum Wanita Sukabumi, Polres Sukabumi dan Polres Sukabumi serta pihak lainnya.

"Kami juga memiliki rumah singgah untuk korban perdagangan manusia, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual dan lain-lain, mereka akan mendapatan pengobatan baik fisik maupun psikisnya hingga benar-benar dinyatakan sembuh," tambahnya.

Belum lama ini juga Polres Sukabumi mengungkap kasus perdagangan manusia dengan menangkap dua orang pelaku awal Februari lalu. Kedua pelaku ini diduga memperdagangkan tiga wanita asal Kecamatan Palabuhanratu dan Simpenan ke Nabire, Papua untuk dijadikan pelayan di sebuat cafe dan tempat karaoke.

"Modus yang dilakukan tersangka untuk menjerat korbannya adalah mengiming-imingi gaji besar untuk bekerja di restoran, namun kenyataannya mereka dipaksa bekerja di tempat karaoke dan cafe," kata Kapolres Sukabumi, AKBP Asep Edi Suheri.

Kedua pelaku juga dijerat dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 83 dan atau Pasal 88 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015