Jakarta (ANTARA News) - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mempertanyakan dan menilai pengamanan dan unjuk kekuatan bersenjata telah ditampilkan secara berlebihan menjelang pelaksanaan eksekusi mati kasus narkoba gelombang kedua.

"Proses hukum masih berjalan, pengamanan menjelang eksekusi mati gelombang kedua berlebihan," kata Koordinator Kontras Haris Azhar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Kontras mengingatkan bahwa masih terdapat proses hukum yang tengah dijalani oleh seluruh terpidana mati dalam kasus narkoba.

Ia memaparkan, Sergei Areski Atlaoui dan Mary Jane Fiesta Veloso tengah menjalani proses Peninjauan Kembali (PK) tahap pertama.

Sementara Raheem Agbaje Selami, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran juga tengah menempuh proses melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), meskipun Raheem Selami telah mendapatkan penolakan PTUN pada 9 Maret 2015.

Sedangkan Rodrigo Gularte tengah menunggu proses Peninjauan Kembali tahap II setelah pergantian tim kuasa hukum. Kontras juga menyayangkan proses hukum yang harus ditempuh selama 10 tahun telah ditolak.

"Ada proses hukum yang terlampau lama ditempuh oleh terpidana mati Zainal Abidin dan melanggara hak atas keadilan terpidana untuk mendapatkan kepastian hukum," katanya.

Haris juga berpendapat, ajang gelar pasukan terkait pengamanan jelang eksekusi mati tidak menunjukkan karakter Indonesia yang sesuai dengan sila kedua dari Pancasila.

Bahkan, lanjutnya, unjuk kekuatan tersebut tersebar dan terekam di berbagai media. Guna mencegah upaya untuk menggagalkan eksekusi mati, BIN turut menyebarkan komunitas intel baik di daerah, pusat, bahkan luar negeri.

"TNI pun ikut dilibatkan. TNI AD menurunkan seluruh personel khusus di wilayah Jawa Tengah dan Bali. Terpantau juga satu peleton personel TNI dan Polri bersenjata laras panjang tiba di Dermaga Wijayapura, jalur penyeberangan menuju Pulau Nusakambangan. TNI AL juga menyiapkan Kapal Serayu di Dermaga Sleko, Cilacap, Jawa Tengah yang akan digunakan untuk melakukan patroli menjelang eksekusi mati di Pulau Nusakambangan. TNI AU bahkan mengerahkan dua pesawat jenis Sukhoi di sekitaran Nusakambangan," katanya.

Kontras mempertanyakan efisiensi alokasi anggaran atas biaya operasional untuk pengerahan kekuatan semasif ini, yang juga berpotensi ongkos sosial ketenangan masyarakat.
(M040)

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015