Bagdad (ANTARA News) - Empat tentara Amerika Serikat (AS) tewas di Irak akibat pertempuran di daerah panas propinsi Anbar, kata balatentara negara adidaya itu hari Jumat. "Tiga marinir dan satu pelaut bertugas di Satuan 7 Resimen Tempur tewas hari Kamis akibat luka dari tindakan musuh saat bergerak di Anbar, sebelah barat Bagdad, kata pernyataannya. Belum jelas apakah keempatnya tewas dalam satu serangan atau rentetan bentrokan. Kematian terahir itu membuat jumlah serdadu Amerika Serikat di Irak sejak serbuan Maret 2003 menjadi 2.959, yang secara perlahan mendekati angka 3.000, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka Pentagon. Hanya pada Desember, sedikit-dikitnya 76 tewas. Anbar merupakan wilayah terpanas perlawanan pejuang Sunni terhadap balatentara pendudukan Amerika Serikat dan pemerintah Irak serta tempat paling berbahaya di Irak bagi tentara negara adidaya itu. Jumlah tentara Amerika Serikat di Irak mencapai 129.000 orang dan diperkirakan mendekati sekitar 140.000 pada ahir tahun ini. Tiga prajurit Amerika Serikat, termasuk dua marinir, tewas di Anbar, Irak barat, pekan lalu. Marinir itu, seorang berasal dari satuan di lembah Furat barat dan satu lagi ditempatkan di Falujah, tewas dalam bentrokan. Pada hari sebelumnya, seorang prajurit Amerika Serikat tewas di provinsi Nineveh, Irak utara, dan dua lagi cedera dalam pertempuran dengan gerilyawan. Angka bunuh diri tentara Amerika Serikat, yang diterjunkan ke Irak, naik selama tahun 2005, kata kajian angkatan darat dan diterbitkan hari Selasa. Kajian itu mengemukakan, terdapat 22 perkara bunuh diri tentara bertugas di Irak dan Kuwait saat mendukung Gerakan Pembebasan Irak, sedangkan pada 2004 terjadi 12 kasus dan pada 2003 terjadi 25 kasus. Angka bunuh diri mereka yang bertugas di Irak pada 2005 adalah 19,9 untuk setiap 100 ribu prajurit, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka bunuh diri pada 2004, yaitu 10,5. Dari keseluruhan tentara angkatan darat, angka bunuh diri adalah 13,1 untuk setiap 100 ribu prajurit pada 2005 dan 11.0 pada 2004, demikian Reuters dan AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006