Jakarta (ANTARA News) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan kegiatan eksplorasi menurun sekitar 20 hingga 30 persen akibat harga minyak yang rendah.

"Kalau dalam persentase ada penurunan eksplorasi sekitar 20 hingga 30 persen yang otomatis diikuti oleh penurunan biaya," kata Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran SKK Migas Benny Lubiantara di sela diskusi tentang rezim fiskal dan sistem kontrak bagi hasil di Jakarta, Rabu.

Kendati mengalami penurunan, ia menegaskan produksi migas secara keseluruhan tidak mengalami penurunan yang signifikan.

Menurut dia, dampak penurunan kegiatan eksplorasi terhadap produksi minyak kemungkinan baru akan terasa pada 2016 atau 2017 mendatang menyusul perkembangan harga minyak dunia.

"Kita lihat nanti di 2016, kalau harga (minyak) seperti ini dan tahun depan masih seperti ini, kegiatan eksplorasi akan konsisten turun, jadi dampak penurunan produksi yang signifikan baru akan terasa 2016 atau 2017.

Benny menambahkan, penurunan produksi hanya berdampak sekitar 5 persen dari Work Program & Budget (WP&B) sebelum revisi yang dipatok 849.000 barel minyak per hari.

Penurunan kegiatan eksplorasi yang berimbas pada penurunan produksi, yang diklaim tidak signifikan, menurut dia tidak akan mengganggu target "lifting" minyak yang ditetapkan pemerintah dan parlemen.

"Mengacu ke WP&B yang disetujui pada awalnya yakni sekitar 849.000 barel minyak per hari, jadi kalau ada penurunan yang kasarnya masih kisaran 5 persen, saya rasa masih bisa memenuhi target lifting pemerintah yang sekitar 825.000 barel minyak per hari," katanya.

Sebelumnya, sejumlah kontraktor kontrak kerja sama migas (KKKS) menunda kegiatan eksplorasi dan produksi menyusul penurunan harga minyak dunia.

Untuk itu, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi meminta KKKS untuk menghitung ulang komponen biaya yang terdampak penurunan harga minyak dan memasukannya ke dalam revisi WP&B 2015.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015