... 150.000 sampai 20.000 orang telah bermalam di tempat terbuka di tanah kosong Tudikhel sejak gempa mengguncang pada Sabtu lalu...
Kathmandu, Nepal (ANTARA News) - Ramesh Subhash (12) bermain sepak bola dengan menggunakan bola voli bersama teman-temannya di lapangan parade militer Tudikhel, yang kini menjadi kamp tenda terbesar di Nepal buat orang yang kehilangan rumah akibat gempa.

Ratusan remaja seperti dia kini menetap di tenda sementara bersama keluarga mereka; mereka menunggu bantuan dari pemerintah dan lembaga kemanusiaan, dari dalam maupun luar negeri.

Anak-anak itu berada di garis depan dalam menghadapi bencana. Mereka kehilangan kesempatan untuk belajar di sekolah, sementara orang dewasa di keluarga mereka juga tak memiliki sumber penghasilan setelah ekonomi macet akibat gempa yang mengguncang negara Himalaya tersebut pada Sabtu (25/4).

Ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa atau orang yang dipaksa tinggal di luar rumah kini tinggal di semua ruang kosong yang ada di Ibu Kota Nepal, Kathmandu. Sebagian dari mereka tinggal di jalan, sebagian lagi di taman kecil, tempat parkir dan bahkan di lokasi pembangunan.

Kesehatan mereka terancam oleh kurangnya makanan, air minum dan instalasi kebersihan yang memadai seperti toilet. Banyak di antara mereka kini dipasok mie instan dan air setiap hari oleh militer dan polisi.

Karena hampir separuh rumah di Kathmandu berada dalam kondisi buruk dan dapat ambruk jika gempa lain mengguncang, Ibu Kota Nepal tersebut kini seperti setengah kota hantu, kata Xinhua.

Ketika malam tiba, jalan-jalan lengang dan perasaan lengang yang menakutkan menyusup ke dalam tubuh manusia.

Polisi menyatakan 150.000 sampai 20.000 orang telah bermalam di tempat terbuka di tanah kosong Tudikhel sejak gempa mengguncang pada Sabtu lalu.

Kondisi kesehatan orang itu sekarang telah menjadi prioritas pihak berwenang dan organisasi bantuan selain perawatan orang yang cedera telah dibierkan di daerah ibu kota dan tempat lain.

Menurut kantor berita Nepal, RSS, warga desa di Khokana di Kabupaten Lalitpur di dekat ibu kota menderita diare.

Lebih dari 100 orang telah mendapat pengobatan karena mereka terserang diare, di satu kamp kesehatan Angkatan Darat Nepal dan Angkatan Darat Bangladesh.

Hu Weijian, ahli medis dan pertolongan bencana dari Tiongkok, kemungkinan wabah di Nepal tak bisa diremehkan.

Hu, yang datang bersama tim medis Pemerintah Tiongkok --yang terdiri atas 60 orang-- dari Provinsi Sichuan, mengatakan kepada Xinhua salah satu prioritas tim medis Tiongkok ialah membantu militer Nepal mencegah wabah menyebar di daerah yang dilanda bencana.

Menurut onlinekhabar.com, 650 mayat dikremasi di Aryaghat, lokasi kremasi di kompleks Kuil Pashupati di Kathmandu. Sebagian keluarga mengkremasi mayat keluarga mereka secara pribadi.

Mayat yang tertimbun reruntuhan dan puing dikhawatirkan menjadi sumber lain wabah penyakit.

Saat tim pertolongan pemerintah dan organisasi bantuan memulai kegiatan, waktu mulai tipis untuk menemukan penyintas.

Banyak ahli mengatakan tugas besar berada di hadapan pekerja pemerintah dan lembaga bantuan internasional guna membersihkan reruntuhan di ibu kota Nepal dan daerah lain yang dilanda bencana di negeri itu.

Namun yang paling penting ialah orang yang kehilangan tempat tinggal sangat mengharapkan bantuan pangan, obat dan tempat berteduh.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015