Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mencadangkan sedikitnya Rp315 miliar untuk merelokasi jalur Kereta Api (KA) Porong Sidoarjo, Jawa Timur dari sekitar musibah lumpur panas Lapindo ke jalur alternatif lain dengan masa pekerjaan selama 1-2 tahun. "Berdasarkan studi cepat kami, lokasinya sekitar 4 km di sebelah barat jalur KA lama sepanjang 18 km," kata Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kepada pers usai menyampaikan Potret Kinerja Departemen Perhubungan 2006 di Jakarta, Rabu. Oleh karena itu, tegasnya, pihaknya akan mempercepat koordinasi dengan pihak terkait, terutama DPR RI untuk kepastian pendanaan proyek itu. Menurut dia, ada dua opsi yakni jika mengacu kepada Keppres 13/2006 maka hal itu tanggung jawab Lapindo. Lalu, opsi kedua adalah dari APBN. "Idealnya sih tetap tanggung jawab Lapindo Brantas Inc," kata Hatta. Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga memperkirakan, proses pembebasan lahan tidak akan menemui hambatan berarti karena total lahan baru seluas 14.500 km, 75 persen merupakan areal persawahan dan sisanya tanah-bangunan. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretapian, Departemen Perhubungan, Nugroho Indrio pada kesempatan itu menjelaskan, jalur KA yang rawan terhadap luapan lumpur panas terletak di km 33 + 400 sampai dengan 34 + 000 (600 m) antara Tanggulangin-Porong lintas Surabaya-Bangil. "Di jalur tersebut setidaknya 46 KA melintas, terdiri lintas Surabaya-Malang 18 KA, Surabaya-Jember 12 KA, Surabaya-Sidoarjo-Porong 14 KA Komuter dan 2 KA tambahan untuk mengatasi lonjakan penumpang untuk Surabaya-Malang-Blitar," kata Nugroho. Penumpang di lintas itu kini mencapai 18.120 per hari atau meningkat rata-rata 20 persen dibanding sebelum musibah lumpur panas yang hanya 15.100 penumpang per hari. Nugroho mengakui, sejak musibah lumpur panas itu, jalan rel di lintas itu pernah terendam air dan lumpur sepanjang 300 meter setinggi 15 cm selama 1,5 jam setelah tanggul Jebol di belakang Koramil/JPL 80 pada 10 Agustus lalu. Lalu, pada beberapa kejadian tanggul jebol seperti pada 16 Agustus 2006, rel masih aman, termasuk ketika pada 18 Agustus 2006 saat tanggul jebol di Desa Jatianom dan kejadian tanggul jebol di Desa Jatirejo pada 2 Agustus 2006. Nugroho juga menyatakan, penanganan operasional sarana angkutan KA di sekitar jalur itu kini dijalankan dua KA tambahan pada koridor Surabaya-Malang-Blitar, termasuk memaksimal rangkaian KA reguler sesuai daya tarik lokomotif. "Perlakuan yang sama juga untuk koridor Surabaya-Jember, khususnya dengan memperpanjang atau memaksimalkan rangkaian," kata Nugroho. Selain itu, tambahnya, yang terpenting adalah untuk mengantisipasi banjir disiapkan lok Diesel Hidrolik tipe BB 300 sebanyak dua unit untuk mengantisipasi genangan air melebihi 10 cm di atas kop rel.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006