Bandung (ANTARA News) - Ilmu Kebumian bisa membantu pencarian pesawat Boing 703-400 milik maskapai penerbangan Adam Air yang jatuh di Sulawesi dan hingga kini bangkainya belum diketemukan. "Ilmu kebumian bisa membantu `men-scan` dengan berbagai peralatan yang ada untuk mengetahui benda yang tenggelam dengan catatan belum tertutup sedimen dan lumpur," kata Peneliti LIPI, Prof Dr Wahyoe S Hantoro di Bandung, Sabtu. Dengan cara itu, lanjut Wahyoe, bisa untuk mengetahui kapal yang tenggelam termasuk untuk mendeteksi pesawat Adam Air apabila memang pesawat itu jatuh di lautan. Metode pencarian dengan membaca penghitungan seismik itu dilakukan dengan metode fisika yaitu dengan mengirimkan energi yang kemudian dipantulkan lagi ke permukaan dan hasilnya bisa dibaca. Peralatan itu antara lain adalah sounder dan seis pantul dangkal serta beberapa peralatan lainnya yang selama ini biasa dipakai untuk mendeteksi benda-benda di dasar laut. "Perairan yang dicurigai jadi lokasi jatuhnya pesawat di sana tidak terlalu dalam, paling 50-80 meter. Alat itu bisa berfungsi efektif," katanya. Meski punya alat, namun hingga saat ini pihaknya masih menunggu penugasan karena menurut Wahyoe pihaknya tidak pada kapasitas untuk mengusulkan menjadi tim pencarian di sana. "Kalau dibutuhkan kami siap, alat itu juga efektif dalam mendeteksi material dasar laut dengan kedalaman ribuan meter, sehingga bisa efektif digunakan dalam pencarian pesawat itu," katanya. Sementara itu mengenai adanya kepercayaan adanya `Segitiga Bermuda` di kawasan itu, menurut Wahyoe S Hantoro sejauh ini belum ada kajian tentang fenomena itu. "Dengan ilmu kebumian paling tidak Segitiga Bermuda dapat di jelaskan, namun sejauh ini belum ada referensi ilmiah tentang itu," katanya. Pada kesempatan itu, Wahyoe juga menegaskan perlunya melakukan evaluasi secara komprehensif dari musibah yang menimpa pesawat Adam Air itu. "Jangan sampai setiap tidak bisa mengatasi sesuatu, yang disalahkan cuaca atau muncul adanya `segitiga Bermuda` yang tidak ada kontribusinya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi," katanya menambahkan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007