Jakarta (ANTARA News) - Pakar telematika Roy Suryo Notodiprojo mengatakan satelit Keyhole milik Amerika Serikat dapat mendeteksi keberadaan pesawat milik maspakai Adam Air yang hingga kini masih dibelum ditemukan. "Pemerintan secara resmi bisa meminta tolong kepada AS sebagai pemilik satelit Keyhole untuk membantu mencari Adam Air yang sejak Senin (1/1) belum ditemukan," kata Roy saat menghubungi ANTARA News di Jakarta, Minggu. Ia mengemukakan satelit Keyhole ini bisa berfungsi sebagai IFF (Identifying Friend or Foe) atau mendeteksi setiap pesawat yang terbang setiap hari. Cara ini perlu dilakukan sebagai upaya alternarif sebab sudah banyak cara yang dilakukan selama beberapa hari ini namun belum juga membuahkan hasil. Dikatakannya sinyal Fox Hunting ELT/ELBA dipastikan sudah habis sebab batterainya hanya cukup untuk 48 jam setelah kejadian, sehingga upaya pencarian hanya mengandalkan data-data yang diperoleh selama 6 hari ini. "Adanya tiga lokasi signal ELT yang terdeteksi bisa jadi menjadi indikasi bahwa pesawat meledak di udara, masuk ke laut atau jatuh tersebar ke daratan," katanya. Dengan tiga kemungkinan ini, maka pencarian di laut hanya bisa dilakukan dengan kapal dan sinyal sonar, sedangkan pencarian di darat hanya dengan pesawat, alat detektor logam dan sinar infra merah. Soal adanya informasi bahwa sinyal HP dari penumpang Adam Air yang sempat terdeteksi, Roy mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin, sebab setelah dicek ternyata tidak ada satupun HP milik penumpang aktif. Pesawat Boeing 737-400 milik Adam Air telah hilang dalam perjalanan dari Surabaya menuju Manado, Senin (1/1) siang. Seharusnya pesawat yang berangkat pukul 12.59 Wita dari Surabaya itu tiba di tempat tujuan pukul 15.07 Wita. Pesawat dengan pilot Revi Widodo dan kopilot Yoga ini terakhir kali kontak dengan Bandara Juanada, Surabaya, pukul 15.07 Wita. Sebanyak 102 penumpang dan awak pesawat masih belum diketahui nasibnya karena badan pesawat belum juga ditemukan kendati tim SAR gabungan telah bekerja keras. Tim SAR telah mencari pesawat naas itu mulai dari Sulawesi Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, namun hingga kini belum membuahkan hasil. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007