Milan (ANTARA News) - Presiden AS Roma James Pallotta meminta dukungan penuh para penggemar melalui media sosial pada Kamis, di tengah ancaman pemogokan oleh para penggemar garis keras yang menurutnya telah "menyakiti" penampilan-penampilan Roma.

Untuk musim ketiga secara berturut-turut Roma berharap dapat bersaing untuk meraih gelar juara Liga Italia, gelar yang terakhir kali mereka menangi pada 2001.

Namun sebagian besar pendukung garis keras klub, yang secara tradisional menghuni sisi selatan Curva Sud di Stadion Olimpico, berencana melakukan pemogokan untuk memprotes larangan-larangan polisi di dalam dan di sekitar stadion.

Perubahan pendekatan keamanan, termasuk melarang apa yang dapat dibawa para penggemar ke dalam stadion, telah memicu para penggemar yang tidak puas untuk menyerang Pallotta.

Pallotta dan Roma bekerja bersama untuk membangun stadion baru bagi raksasa Italia itu dengan ekspansi fasilitas-fasilitas komersial dan mewah.

Namun pada percakapan melalui media sosial dengan para penggemar pada Kamis, pria AS ini meminta para penggemar untuk menghormati pendekatan-pendekatan keamanan dan kembali ke stadion untuk membantu Roma merengkuh gelar.

"Kami tidak memiliki stadion ini dan kami tidak membuat keputusan apapun mengenai keamanan dan keselamatan di Stadion Olimpico. Dapat dikatakan bahwa kami telah melakukan diskusi-diskusi sejak perubahan-perubahan dibuat oleh polisi untuk dapat menemukan solusi," kata Pallotta.

"Polisi meminta tangga-tangga dan pintu-pintu dikosongkan, tidak ada suar dan bom asap. Polisi tidak bermasalah dengan lagu-lagu dan bendera-bendera."

"Membuat frustrasi ketika penggemar kami berpikir kami tidak memiliki pandangan dan tidak bekerja di belakang layar untuk memperbaiki situasi ini."

"Saya merasa frustrasi ketika kami masih mengusahakan dan menemukan solusi, tim tersakiti dengan menurunnya dukungan di stadion."

"Saya ingin menegaskan bahwa kami bekerja keras di belakang layar dan tidak berpikir bahwa penting untuk mendiskusikan semua masalah di depan publik."

Kekerasan penggemar di Roma, dan di Stadion Olimpico sama sekali bukan hal baru.

Para penggemar sering meneriakkan kata-kata pelecehan rasial dari tribun dan pada beberapa kesempatan mereka menunjukkan dukungan mereka terhadap mantan ultra Roma, Daniele De Santis, yang dipenjara karena menembak penggemar Napoli Ciro Esposito sebelum final Piala Italia 2014 antara Napoli dan Fiorentina.

Mereka juga membentangkan spanduk-spanduk di stadion yang menyerang ibu Esposito karena menulis buku tentang putranya.

Musim lalu, terjadi kerusuhan di Roma antara penggemar lokal dan ultras-ultras dari tim Belanda Feyenoord yang menjadi tamu, yang memicu kerusakan pada sebagian monumen di kota itu, membuat pihak berwenang menerapkan tindakan yang lebih tegas.

Pada bulan lalu lusinan penggemar Roma, yang dikenal suka melakukan kekerasan, didenda sampai 167 euro setelah mereka berusaha bertukar tempat dengan para penggemar Curva Sud lainnya saat Roma menang 2-1 atas Juventus pada 30 Agustus.

Pallotta menjawab banyak pertanyaan, dari rencana klub untuk ikon Francesco Totti perihal apakah ia akan tertarik untuk menggantikan walikota Roma Ignazio Marino, yang mengundurkan diri pada pekan lalu karena skandal.

Namun ketika berhadapan dengan seorang penggemar yang menyebut dirinya sebagai "Salah satu orang bodoh" dari Curva Sud yang dikritik Pallotta, pebisnis AS ini tidak kalah tajam saat memberikan jawaban.

"Sangat menyenangkan untuk akhirnya dapat bertemu salah satu dari kurang dari sepuluh orang bodoh yang saya sebut beberapa bulan lalu, yang saya rasa merugikan mayoritas penggemar kami," kata Pallotta.

"Kapanpun Anda ingin menulis dan melakukan diskusi lebih lanjut... Sepanjang Anda berjanji Anda juga akan mendengarkan saya."

"Saya memiliki banyak pesan seperti ini, salam hangat, Presiden yang bodoh." Demikian laporan AFP.

(Uu.H-RF/I015)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015