Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun di Asia pada Senin, setelah data menunjukkan perekonomian Tiongkok mencatat pertumbuhan paling lambat selama lebih dari enam tahun di kuartal ketiga, memperkuat kekhawatiran tentang permintaan dari konsumen utama energi dunia.

Pemerintah mengatakan produk domestik bruto (PDB) untuk ekonomi terbesar kedua dunia itu naik 6,9 persen dalam tiga bulan hingga September, mengalahkan perkiraan pasar tapi masih yang terburuk sejak krisis keuangan global pada 2009.

Pertumbuhan produksi industri Tiongkok, yang mengukur hasil (output) pada pabrik, bengkel kerja dan tambang, juga turun tajam menjadi 5,7 persen tahun-ke-tahun pada September, kata pemerintah.

"Meskipun penjualan ritel Tiongkok berbalik menguat, data yang terkait industri tetap lemah. Ini kemungkinan akan menekan turun penggunaan komoditas di Tiongkok," kata seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura,Daniel Ang dalam sebuah komentar pasar.

"Dengan produksi industri Tiongkok lemah, kami dapat melihat PMI manufaktur Tiongkok memburuk, sehingga mengakibatkan harga minyak lebih lemah," katanya, mengacu pada masa depan Indeks Pembelian Manajer yang akan dirilis akhir pekan ini.

Pasar juga akan mengamati data ekonomi dari Amerika Serikat dan zona euro pada minggu ini.

"Mengingat harapan untuk Tiongkok dan zona euro, kita bisa melihat AS menjadi tie-breaker antara bulls dan bears minyak. Data AS belum sangat kuat, dan dengan demikian bisa berarti bahwa harga minyak bisa menghadapi beberapa tekanan menjelang akhir pekan ini," kata Ang.

Di perdagangan Asia, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 36 sen menjadi 46,90 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent untuk Desember jatuh 27 sen menjadi 50,19 dolar AS per barel pada sekitar 06.00 GMT.

Kedua kontrak turun selama empat hari perdagangan pekan lalu sebelum menguat pada Jumat, setelah data menunjukkan penurunan baru dalam eksplorasi minyak AS, yang menunjukkan pengurangan kelebihan pasokan global.

Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia Pasifik di perusahaan jasa profesional EY mengatakan pasar juga akan mencari petunjuk dari pertemuan teknis para pakar OPEC dan non-OPEC di Wina, Rabu.

Produsen minyak Rusia pekan lalu mengatakan siap untuk membahas penurunan produksi selama pertemuan tersebut.

(A026/A011)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015