Moskow (ANTARA News) - Presiden Suriah Bashar al-Assad berkunjung ke Moskow untuk pertama kali sejak perang di negaranya pecah pada 2011, untuk membahas kemelut itu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Assad, yang terakhir kali mengunjungi Rusia pada 2008, memanfaatkan kunjungan tak terduga pada Selasa malam itu untuk menyampaikan terima kasih kepada Putin atas serangan udara di Suriah sejak akhir bulan lalu, saat kedua kepala negara tersebut sepakat bahwa operasi militer harus dilanjutkan dengan langkah politik.

Putin berjanji meneruskan dukungannya kepada militer Damaskus, dengan menyerukan penyelesaian politik yang melibatkan semua kelompok, untuk mengakhiri perang itu, kata Kremlin saat mengumumkan kunjungan Asad, Rabu.

Assad berbicara dengan salah satu sisa sekutunya saat PBB mengatakan bahwa puluhan ribu orang melarikan diri dari serangan tentara Suriah.

Assad mengatakan kepada Putin bahwa serangan udara Rusia pada 30 September --yang mendapat kecaman Barat-- membantu menghentikan terorisme di Suriah, kata Kremlin.

Serangan tersebut dilaporkan membunuh 370 orang, sepertiga dari mereka adalah penduduk, sebagaimana pernyataan tim pemantau.

Rusia bersikeras menyatakan sasaran serangan adalah kelompok keras Negara Islam di Suriah dan Irak (IS) dan pihak lain, yang dianggap teroris.

Akan tetapi, pemberontak dan Barat menuduh Moskow melindungi Assad dan menyerang kaum moderat serta pasukan oposisi bukan hanya IS.

Kunjungan Singkat

Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, menjelaskan bahwa perjalanan singkat Assad sebagai "kunjungan kerja" atas undangan Kremlin, dan pada Rabu pagi, Assad kembali di Damaskus, demikian pernyataan presiden Suriah kepada AFP.

Namun, Kremlin menunggu pemimpin Suriah itu kembali ke rumah sebelum mengumumkan kunjungannya.

Peskov menolak menyampaikan detil pembicaraan. Dia melihat dua

pemimpin dan rombongan makan bersama dan membahas nasib Assad.

Putin mengatakan Rusia siap untuk melakukan segala sesuatu yang bisa membantu perdamaian di Suriah, di mana konflik pertama meletus untuk menentang rezim pada Maret 2011.

Sejak itu, lebih dari 250.000 orang tewas dan jutaan dipaksa meninggalkan rumah mereka sehingga memicu migrasi massal yang telah menimbulkan ketegangan di Eropa.

"Kami siap untuk berkontribusi tidak hanya selama permusuhan bersenjata di perang melawan terorisme, tetapi juga selama proses politik," kata Putin.

Assad juga menekankan pentingnya "langkah politik selanjutnya," menurut pernyataan Kremlin.

"Saya harus mengatakan bahwa langkah-langkah politik yang diambil Rusia sejak awal krisis dapat dicegah di Suriah," katanya.

"Terorisme yang sekarang telah menyebar melalui daerah akan menempati banyak wilayah yang lebih luas dan akan menyebar ke seluruh wilayah lebih jauh jika itu tidak segera ditindak melalui keputusan Anda," katanya dalam komentar diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia.

Bersandar dengan Suriah

Putin mengatakan rakyat Suriah harus memutuskan nasib negara mereka, misi terselubung di Amerika Serikat yang telah lama bersikeras bahwa Assad harus pergi sebelum dapat menciptakan penyelesaian secara damai.

"Operasi militer pada beberapa hari yang lalu dapat dicapai atas dasar proses politik dengan partisipasi semua kekuatan politik, kelompok etnis, dan agama," kata pihak Kremlin, "Dan akhirnya ada keraguan yang harus diletakkan semata-mata demi masyarakat Suriah."

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, kepala Intelijen Luar Negeri Rusia Mikhail Fradkov, dan Kepala Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev ikut ambil bagian dalam pembicaraan tersebut.

Presiden Suriah mengatakan Putin dan Assad mengadakan tiga kali pertemuan, termasuk pertemuan tertutup.

Terkait kampanye pemboman Rusia, Moskow dan Washington mengumumkan, Selasa, telah sepakat mengambil langkah untuk mengurangi risiko konfrontasi antara pesawat tempur Rusia dan anggota koalisi pimpinan AS di Suriah.

Tapi Moskow juga telah mencaci Washington - yang telah menolak untuk menjadi tuan rumah tingkat tinggi delegasi dari Rusia - karena menolak untuk bekerja sama di Suriah terkait jaminan keselamatan penerbangan.

"Saya percaya beberapa mitra kami tolol," kata Putin pada pekan lalu.

Inggris juga telah menolak untuk bekerja sama dengan Moskow dan berbagi intelijen dengan target ISIS di Suriah, demikian dikatakan Duta Besar Rusia Alexander Yakovenko di London yang disiarkan televisi.

Rusia telah melakukan lebih dari 500 serangan udara untuk mendukung Assad, yang menurut peneliti Suriah untuk HAM yang berbasis di Inggris menyebutkan bahwa serangan itu telah membunuh lebih dari 370 orang.

Iran, sekutu Assad lainnya, dilaporkan telah mengirim ratusan tentara untuk berjuang bersama pasukannya.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan, Selasa, bahwa sekitar 35.000 orang dilaporkan telah mengungsi dari pinggiran kota kedua Aleppo.

Aleppo telah menjadi fokus utama dari pertempuran dan sejak 2012 telah dibagi antara pasukan pemerintah dan pemberontak.

(Uu.M038/B002)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015