Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah atas dolar AS diperkirakan akan berkisar antara Rp9.050/Rp9.075 per dolar AS, di Jakarta pekan depan, menguat dari pekan sebelumnya Rp9.100/Rp9.150 berkat dukungan isu positif pasar regional. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, akhir pekan ini mengatakan membaiknya mata uang regional terhadap dolar AS memberikan dampak positif terhadap rupiah yang menguat hingga di bawah Rp9.100 per dolar AS. Selain itu, kenaikan rupiah juga didukung oleh keinginan pemerintah untuk meningkatkan investasi asing didalam negeri dengan mengeluarkan berbagai kebijakan baru, prasarana serta kepastian hukum. "Upaya pemerintah melakukan berbagai perbaikan peraturan dan segera mengimplementasikannya untuk menarik investor asing masuk ke pasar domestik serta menempatkan dananya di Indonesia memberikan dukungan yang sangat kuat terhadap rupiah," katanya. Rupiah, lanjutnya, dengan saratnya sentimen positif itu akan bisa memicu rupiah terus menguat hingga menembus level Rp9.000 per dolar AS, apalagi pelaku asing saat ini sedang menunggu pertemuan negara-negara industri maju (G7) yang akan membahas mengenai pelemahan yen terhadap dolar AS yang dinilai sudah cukup rendah. G7 menurut rencana akan mengadakan pertemuan pada 9-10 Februari mendatang, ujarnya. Menurut dia, pelemahan yen itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa cenderung melemah. G7 bahkan meminta Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk segera menaikkan tingkat suku bunganya, karena dengan melemahnya yen menunjukkan suku bunga Jepang memang rendah. Namun di tengah melemahnya yen, mata uang utama regional lainnya menguat terhadap dolar AS yang mendorong rupiah menguat hingga kembali di bawah level Rp9.100 per dolar AS, katanya. Dikatakannya rupiah juga mendapat respon positif dengan aktifnya pelaku asing bermain di pasar modal. Masuknya dana asing itu mengakibatkan indeks harga gabungan saham BEJ terus meningkat walau belum menembus kembali level 1.800 poin. Indeks BEJ sempat melemah setelah adanya kekhawatiran atas laju inflasi Januari 2007 yang naik sebesar 1,04 persen. Namun kemudian indeks harga saham gabungan (IHSGI) mengalami "rebound" penguatan kembali yang selama sepekan tercatat 21,175 poin hingga ditutup di akhir pekan ini pada 1.780,381 poin, ucapnya. Rupiah sebelumnya juga sempat merosot hingga mendekati Rp9.200 per dolar AS, karena pelaku pasar panik melihat semua indeks harga saham di pasar Asia melemah, setelah terjadi penarikan dana lindung nilai (hedging fund) di Amerika Serikat dan Eropa yang akhirnya menekan pasar uang domestik. Penarikan dana lindung nilai di luar negeri mengakibatkan penurunan rupiah selama dua hari berturut-turun cukup dalam, katanya. Ia memperkirakan rupiah pada pertengahan tahun 2007 akan bisa mencapai Rp8.800 per dolar AS, mengingat pertumbuhan ekonomi nasional makin berkembang asalkan sektor riil berjalan dengan baik. Meski demikian, BI diminta harus hati-hati dalam menyikapi pergerakan rupiah, sehingga intervensinya tidak akan membuat rupiah kembali terpuruk, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007