Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (IDX: GIAA) membukukan laba bersih tahun berjalan 51,4 juta dolar AS hingga kuartal ketiga tahun ini, naik 123,4 persen dibanding periode sama tahun lalu, ketika perusahaan merugi 220,1 juta dolar AS.

Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo di Jakarta, Jumat, mengatakan perusahaan juga berhasil meningkatkan pendapatan usaha dari 2,831 miliar dolar AS pada Januari-September 2014 menjadi 2,845 miliar dolar AS pada perode yang sama tahun ini..

Sementara beban usaha berhasil diturunkan dari 3,08 miliar dolar AS menjadi 2,72 miliar dolar AS.

"Peningkatan kinerja Perseroan dapat dicapai berkat penerapan strategi pengembangan bisnis melalui program Quick Wins, serta melalui disiplin efisiensi biaya ketat yang dilaksanakan secara berkelanjutan sejak awal tahun 2015," kata Arif.

Ia mengatakan pencapaian tersebut terjadi saat industri penerbangan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perlambatan perekonomian hingga beberapa kondisi bencana alam seperti erupsi gunung berapi dan gangguan kabut asap.

Mantan Direktur Utama Citilink Indonesia itu mengatakan, Garuda Indonesia Group (termasuk Citilink) berhasil mengangkut 24,55 juta penumpang sepanjang Januari-September 2015 atau naik 17,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014.

Garuda Indonesia saja pada kuartal ketiga tahun 2015 mengangkut 17,69 juta penumpang yang terdiri atas 14,51 juta penumpang domestik dan 3,18 juta penumpang internasional. Pada periode yang sama tahun 2014, maskapai itu mengangkut 15,56 juta penumpang.

Sementara Citilink Indonesia mengangkut 6,87 juta penumpang pada Januari-September 2015, meningkat 28,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dia menambahkan frekuensi penerbangan Garuda Indonesia dan Citilink di sektor domestik dan internasional meningkat dari 165,642 penerbangan pada kuartal tiga tahun 2014 menjadi 186,105 penerbangan pada periode yang sama tahun ini.

"Di samping itu, kapasitas produksi (Availability Seat Kilometer/ASK) meningkat dari 36,9 miliar (2014) menjadi 38,75 miliar pada 2015," paparnya.

Arif mengatakan perusahaan juga berhasil meningkatkan tingkat isian penumpang (Seat Load Factor/SLF) menjadi 77,3 persen pada 2015 dari 70,7 persen pada kurun yang sama tahun lalu.

Sedang tingkat ketepatan penerbangan, menurut dia, selama 2015 mencapai 88,2 persen dengan utilisasi pesawat 09:11 jam.

Di samping itu, Arif mengatakan Garuda Indonesia juga berhasil meningkatkan pangsa pasar baik di pasar domestik maupun internasional.

Pada kuartal tiga 2015, pangsa pasar Garuda Indonesia di pasar domestik meningkat menjadi 44 persen dari 37 persen pada periode yang sama tahun lalu.

"Sementara itu, market share di pasar internasional pada Januari-September 2015 mencapai 28 persen, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 22 persen," tambahnya.

Hingga kini Garuda Indonesia Group mengoperasikan 181 pesawat yang terdiri atas delapan pesawat Boeing 777-300ER; 22 pesawat Airbus A330-200/300; dua pesawat Boeing 747-400; 10 pesawat ATR72-600; 15 pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen; 88 pesawat Boeing 737-300/500/800NG; dan 36 pesawat Airbus A320, dengan rata-rata usia pesawat 4,7 tahun.

Pada akhir 2015, Garuda Indonesia Group akan mengoperasikan 187 pesawat (143 pesawat Garuda Indonesia dan 44 pesawat Citilink) dengan rata-rata usia 4,3 tahun.

Dia mengatakan untuk mengantisipasi efek dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sejak kuartal I tahun 2015 ini Garuda Indonesia melakukan kerja sama lindung nilai melalui transaksi Cross Currency Swap" dengan beberapa bank, atas obligasi rupiah ke mata uang dolar AS senilai total Rp2 triliun.

"Melalui pelaksanaan transaksi Cross Currency Swap tersebut kami dapat menghindari atau mengurangi risiko melonjaknya biaya operasional jika dibayar dalam mata uang rupiah karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS," imbuhnya.

Dia mengatakan upaya itu dilakukan mengingat biaya operasional penerbangan yang antara lain meliputi pembelian suku cadang serta perawatan dan sewa pesawat dibayarkan menggunakan dolar AS.

Perusahaan masih melihat perkembangan pasar di mana pada saat yang tepat akan melakukan kegiatan lindung nilai dan Cross Currency Swap kembali terhadap leverage rupiah-nya, ujarnya.

Itu, menurut dia, merupakan bagian dari manajemen risiko perusahaan yang dijalankan berdasarkan prinsip kehati-hatian.

"Pelaksanaan secara rutin transaksi lindung nilai terhadap exposure penerimaan rupiah dan biaya dolar serta bahan bakar, menambah kinerja manajemen risiko di tengah kondisi perekonomian yang melemah baik di level global, regional maupun nasional," katanya.

Di samping itu, lanjut dia, sebagai upaya memberikan ruang bagi Garuda Indonesia untuk mendapatkan sumber pendanaan baru dengan cost financing yang lebih kompetitif bulan Mei lalu Garuda menerbitkan Global Sukuk senilai 500 juta dolar AS dengan jangka waktu lima tahun sebesar 5,95 persen.

Arif mengatakan sejalan dengan program pengembangan layanan, awak kabin Garuda Indonesia kembali meraih penghargaan The World's Best Cabin Crew 2015 dari lembaga pemeringkatan penerbangan independen Skytrax yang berkedudukan di London. Skytrax juga menempatkan Garuda Indonesia di peringkat ke-8 Maskapai Penerbangan Terbaik Dunia.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015