... bom TATP mudah dibuat karena dapat diolah dengan bahan-bahan yang ditemui sehari-hari...
Jakarta (ANTARA News) - Bom di Mal Alam Sutera tergolong berdaya ledak tinggi alias high explosive. Demikian kesimpulan petugas Polda Metro Jaya, sebagaimana disampaikan kepalanya, Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian, di Jakarta, Kamis. 

"Sebelumnya dikatakan bom yang kemarin itu dikategorikan berdaya ledak rendah, ini saya klarifikasi karena bahan peledak jenis TATP masuk kategori berdaya ledak tinggi," ujar Karnavian.

Ia menjelaskan triacetone triperoxide peroxyacetone atau bom TATP merupakan bahan peledak yang mudah dibuat dan bersifat sensitif serta tidak stabil. Ada banyak komposisi bahan peledak kimia, di antaranya TNT dan C4. 

Bom berbasis TATP ini, lanjutnya, memiliki kecepatan pembakaran 5.300 meter perdetik, sehingga masuk pada jenis ledakan tinggi, katanya. Kecepatan suara saja sekitar 1.100 meter perdetik, dan kecepatan peluru sedikit di bawah itu, kecuali peluru silikon. 

"Kalau parameter kecepatan pembakarannya di bawah 1.000-3.000 meter perdetik, baru disebut low explosive," ujar dia.

Selain itu, bahan peledak ini dapat langsung bereaksi dengan hanya terkena sedikit panas serta penerimaan gesekan.

Dia lanjutkan, bom TATP mudah dibuat karena dapat diolah dengan bahan-bahan yang ditemui sehari-hari. "Dalam kejadian ini, bahan peledak yang dibuat pelaku hanya 10 gram. Walaupun jumlahnya sedikit, tapi dampaknya bisa besar," kata dia.

Sebelumnya, satu bom telah meledak di kantin timur, lantai LG, Mal Alam Sutera, Serpong, pada Rabu (28/10).

Ledakan yang terjadi ketika karyawan mal sedang istirahat makan siang, pada pukul 12.05 WIB, menyebabkan satu orang karyawan terluka pada bagian kakinya.

Terkait kejadian itu, Polda Metro Jaya menetapkan satu orang berinisial L (27), sebagai tersangka pada Kamis (29/10).

Atas perbuatanya, tersangka yang ditangkap dua jam setelah peledakan itu terjadi, dijerat dengan UU Nomor 15/2003 tentang Terorisme, dengan hukuman maksimal seumur hidup.

Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015