Ada yang harus dijelaskan bahwa (Pemerntah) Indonesia bermaksud ikut dalam Kemitraan tersebut, `intent to`, bukan akan atau dalam Bahasa Inggris `will`
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menunggu dokumen proposal Kemitraan Trans Pasifik untuk dapat dipelajari lebih lanjut sebelum bergabung dalam kerja sama itu secara resmi, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat.

"Indonesia berharap dapat segera mendapatkan dokumen mengenai TPP (Trans-Pacific Partnership) untuk kita pelajari, jadi tidak tiba-tiba kita bergabung, karena sampai sekarang dokumen itu kita belum punya," kata Retno usai bertemu Jusuf Kalla.

Dia menjelaskan sikap Pemerintah Indonesia dalam Kemitraan itu adalah berniat untuk bergabung setelah mempelajari dokumen proposalnya.

"Ada yang harus dijelaskan bahwa (Pemerntah) Indonesia bermaksud ikut dalam Kemitraan tersebut, intent to, bukan akan atau dalam Bahasa Inggris will. Dan (niat) itu tentu setelah kita mempelajari dokumen yang ada," tegas Retno.

Oleh karena itu, setelah Pemerintah mendapatkan dokumennya, para menteri Kabinet Kerja dapat segera menyusun kerangka kebijakan berdasarkan Kemitraan itu.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kesepakatan pemerintah untuk bergabung dalam Kemitraan Trans-Pasifik dapat meningkatkan kemampuan daya saing perdagangan dengan negara-negara lintas kawasan.

"Itu akan dijajaki dulu, karena ini sudah bertahun-tahun dan dulu pemerintah tentu punya pertimbangan dengan bijak. Sekarang, kita melihat ini untuk meningkatkan daya saing kita dan memperluas pasar," kata JK.

Dia menjelaskan keikutsertaan Pemerintah Indonesia dalam TPP dapat menyetarakan posisi Indonesia dengan negara-negara baik di kawasan maupun lintas kawasan.

Terkait pandangan beberapa pihak bahwa TPP tidak memberikan keuntungan lebih bagi Indonesia, Wapres justru menilai kemitraan itu lambat laun akan menjadi kebutuhan pasar sehingga pemerintah tidak ingin kehilangan kesempatan untuk meraup pangsanya.

"Kita tidak ingin daya saing kita berkurang, bagaimana pun pasar Amerika dan Pasifik kan besar, kita bisa merambah pasar yang lebih luas. Ini masalah pasar," jelasnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015