Singapura (ANTARA News) - Harga minyak jatuh ke posisi terendah multi-tahun di perdagangan Asia, Jumat, setelah OPEC mengatakan produksinya melonjak, dengan begitu memperburuk kekhawatiran atas kelebihan pasokan yang diperkirakan bertahan melewati tahun depan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) melaporkan produksi kolektifnya naik 230.100 barel per hari pada November menjadi 31,7 juta barel per hari, tertinggi dalam tiga setengah tahun dan melebihi target pagu produksi 30 juta barel per hari.

Kelompok ini sedang bertempur mempertahankan pangsa pasar dengan produsen minyak lainnya, termasuk Amerika Serikat, dan Jumat lalu memutuskan menentang pemangkasan produksi meskipun harga jatuh, permintaan global lemah dan kelebihan pasokan.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun 22 sen menjadi 36,54 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk Januari diperdagangkan 25 sen lebih rendah pada 39,48 dolar AS pada sekitar pukul 06.20 GMT, tingkat terendah sejak awal 2009 selama krisis keuangan global.

"Harga minyak mentah mengalami penurunan baru ketika produksi OPEC naik ke tertinggi tiga tahun pada November, memperkuat kekhawatiran bahwa pasar minyak global akan tetap kelebihan pasokan untuk waktu yang lama," kata Bernard Aw, analis pasar di IG Markets di Singapura.

"Fokus sekarang beralih ke data rig pengeboran dari Baker Hughes malam ini," kata did, mengacu pada inventarisasi rig pengeboran minyak aktif di AS untuk penunjuk kegiatan produksi.

Produksi yang kuat dari AS dan OPEC merupakan kontributor utama terhadap kelebihan pasokan minyak mentah global. Minyak Iran akan kembali ke pasar tahun depan setelah sanksi-sanksi Barat dicabut di bawah kesepakatan bersejarah yang tercapai pada Juli untuk mengekang program nuklir Teheran.

"Sektor minyak diperkirakan akan tetap di bawah tekanan dalam waktu dekat ... karena produksi dari penghasil minyak dunia kemungkinan akan meningkat di masa mendatang," Aw menambahkan.

WTI telah kehilangan sekitar sepersepuluh dari nilainya sejak Jumat lalu dan lebih dari 60 persen sejak menyentuh puncaknya di atas 100 dolar AS pada musim panas 2014.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015