Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menghambat pertumbuhan kredit ke sektor riil, karena perbankan lebih suka menempatkan dananya di SBI dibandingkan dengan mendanai kredit di sektor riil. "Kita mulai berpikir apakah pola SBI ini perlu diteruskan," kata Ketua Umum Kadin Indonesia, MS Hidayat, di Jakarta, Minggu. Ia mengatakan selama SBI masih menarik bagi kalangan perbankan untuk menempatkan dana nasabahnya, maka tidak akan merangsang sektor perbankan meningkat pertumbuhan kreditnya sebagai salah satu fungsi intermediasi perbankan. "Saat ini perbedaan antara (bunga) deposito dan SBI sekitar 2,25 persen sampai 2,5 persen. Jadi tanpa mengambil risiko bisnis apapun (perbankan dapat hasil sebesar perbedaan bunga itu)," ujarnya. Sedangkan pengucuran kredit ke sektor riil ada risiko yang harus ditanggung perbankan. Oleh karena itu, Kadin, lanjut Hidayat, menilai Bank Indonesia (BI) harus terus menurunkan suku bunga BI (BI rate), sehingga SBI tidak semenarik sekarang bagi perbankan maupun institusi lain untuk menempatkan dananya dibanding mendanai sektor produktif. "Kalau SBI tidak menarik, akan memaksa (perbankan) memperhatikan sektor riil. Jadi dia (perbankan) ikut ambil risiko," ujarnya. Menanggapi apakah berarti SBI harus dicabut, Hidayat mengakui hal itu tidak bisa dilakukan sekaligus. "Tapi instrumen itu (SBI) dalam jangka panjang apakah masih diperlukan," katanya. Lebih jauh ia mengatakan Kadin akan melakukan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dengan BI untuk mendorong kalangan perbankan meningkatkan kreditnya ke sektor riil. "Itu akan dilakukan bulan Maret," kata Hidayat. Dengan demikian, ia berharap tingkat pengucuran kredit (LDR) yang semula hanya tumbuh 15 persen bisa menjadi 18 persen. Hidayat mengatakan Kadin akan melakukan pembicaraan lebih intensif dengan perbankan mengenai sektor-sektor apa saja yang dalam jangka pendek harus dan bisa dibiayai melalui kajian yang akan dilakukan. Menurut dia, sektor yang paling mendesak pembiayaan perbankan adalah pembiayaan proyek infrastruktur dan agrobisnis yang berbasis ekspor. Hidayat menegaskan tanpa dukungan perbankan, target pertumbuhan sektor riil, khususnya industri, sebesar 7,9 persen tahun ini tidak akan tercapai. "Jadi pertumbuhan industri dan ekonomi nasional harus didukung perbankan nasional. Jangan semua kita andalkan negara lain," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007