Denpasar (ANTARA News) - Bapedalda Bali mengungkapkan, berdasarkan hasil tes laboratorium menunjukkan air Sungai Badung yang mengalir di tengah-tengah Kota Denpasar, ibukota Provinsi Bali, mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia. "Memang secara kasat mata kualitas Sungai Badung relatif baik, namun kualitas air dari tes laboratorium hasilnya mengalami peningkatan zat kimia, seperti deterjen, kloroform, fenol dan lainnya," kata Ketua Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Bali, Ir Ni Wayan Sudji Msi, di Denpasar, Senin. Dalam seminar bertema "Menata Sungai Membangun Kota", Sudji mengemukakan, adanya peningkatan parameter dari zat kimia tersebut, antara lain disebabkan adanya pembuangan limbah rumah tangga, limbah industri pencelupan, dan limbah peternakan. "Pada umumnya limbah-limbah tersebut dibuang begitu saja, tidak dilakukan pengelolaan terlebih dahulu sehingga mengakibatkan sungai tersebut keruh dan berdampak juga mematikan plasma nuftah dan bio aquatic," ujar Sudji. Ia mengatakan, adanya upaya pemerintah untuk menciptakan Sungai Badung, agar menjadi sungai yang memenuhi baku mutu sesuai dengan peruntukkannya diperlukan langkah-langkah manajemen yang konkret. "Yang dimaksud dengan langkah manajemen konkret, yaitu Sungai Badung tersebut dikelola secara profesional dalam pengelolaan air, sehingga kepentingan masyarakat dapat terpenuhi," ujarnya. Selain itu, ia mengemukakan, untuk alur sungai tersebut nampak indah, maka harus dilakukan penataan bangunan yang telah ada, yaitu dulunya sungai itu dijadikan halaman belakang toko atau pemukiman, diubah agar menjadi halaman depan dengan memberikan pembatas jalan atau sempadan untuk inspeksi. "Dengan cara membangun kesadaran masyarakat dalam pembuangan sampah dan limbah lainnya, dan membuatkan sistem pengelolaan limbah, baik itu limbah komunal maupun limbah biologi pada rumah-rumah yang memiliki halaman sempit," ujar Sudji. Ia juga mengatakan, penyiapan sarana dan prasarana untuk penampungan sampah dan mencarikan teknologi ramah lingkungan untuk menangkap limbah-limbah yang melewati drainase tersebut. "Sarana seperti jaring untuk menangkap sampah itu sangat penting, sehingga air yang nantinya dikelola di waduk hilir itu limbah sampah berkurang," demikian Sudji. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007