Bandarlampung (ANTARA News) - Badak Sumatera berjuluk "Andalas", Selasa malam dijadwalkan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, setelah melakukan perjalanan jauh saat dikembalikan ke Indonesia oleh sebuah kebun binatang di Los Angeles, Amerika Serikat (AS). Sesampainya di bandara Soekarno-Hatta, "Andalas" akan diseberangkan melalui Pelabuhan Merak Banten menuju Bakauheni, Lampung Selatan dengan kapal ferry untuk selanjutnya dikembalikan ke habitatnya di hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, kata Marcellus Manajer Penangkaran Badak Sumatera (SRS) di TNWK. Badak bercula dua (Dicerorhinus Sumatrensis) ini diperkirakan tiba di Lampung, Rabu (21/2). Menurutnya, "Andalas" merupakan keturunan pertama (anak) dari pasangan badak Sumatera yang menghuni kebun binatang di LA-AS yang berhasil dibiakkan di sana. Pengembalian badak itu, sebagai bagian program global untuk penyelamatan badak Sumatera, dengan harapan "Andalas" menjadi pejantan baru yang produktif dapat membuahi badak betina di pusat penangkaran badak Sumatera (Suaka Rhino Sumatera/SRS) di hutan Lampung itu. Menurut Drh Marcellus Adi CTR, Site Manager Suaka Rhino Sumatera (SRS/Sumatera Rhino Sanctuary) di TNWK, tempat "Andalas" akan diliarkan kembali, Selasa (20/2) malam itu juga badak jantan muda itu akan dibawa menyeberang ke Lampung menggunakan jalan darat sehingga mesti lebih dulu berlayar di Selat Sunda. "Andalas" dan rombongan penjemput serta pengantarnya perlu menyewa satu kapal ferry khusus, untuk membawanya ke Bakauheni-Lampung yang selanjutnya melalui jalan darat sampai ke TNWK di Lampung Timur. Sementara itu di SRS TNWK telah disiapkan tempat berupa kandang adaptasi bagi "Andalas", sebelum diliarkan kembali pada areal seluas sekitar 100 ha di dalam hutan TNWK itu. Di sana telah hidup empat ekor badak Sumatera yang merupakan bagian program penangkaran semi-alami di hutan TNWK, yaitu Torgamba (badak jantan), Bina, Rosa, dan Ratu (ketiganya adalah badak betina). Hingga saat ini program penangkaran badak Sumatera di SRS TNWK belum berhasil membiakkan anak badak. Diduga akibat kualitas pembuahan Torgamba yang usianya cukup tua, relatif kurang bagus, sehingga belum berhasil membuahi tiga badak betina di sana padahal telah berkali-kali terjadi perkawinan diantara badak itu. Pengelolaan penangkaran badak di TNWK dijalankan oleh Yayasan Suaka Rhino Sumatera yang mendapatkan dukungan dari sejumlah lembaga internasional, diantaranya International Rhino Foundation (IRF). Penangkaran dan pembiakan badak Sumatera menjadi program alternatif untuk menyelamatkan salah satu spesies badak yang tergolong sangat langka dan dilindungi di dunia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007