Sudah saya perintahkan kapolresnya untuk menyelidiki dan mengejar pelakunya. Identitasnya sendiri sudah berhasil dikantongi,"
Mataram (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) Brigjen Pol Umar Septono memerintahkan Kapolres Kota Bima mengungkap kasus pembunuhan seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) bernama Roma Irama.

"Sudah saya perintahkan kapolresnya untuk menyelidiki dan mengejar pelakunya. Identitasnya sendiri sudah berhasil dikantongi," kata Brigjen Pol Umar Septono kepada wartawan di Mataram, Kamis.

Diketahui, korban yang masih duduk di semester tujuh jurusan bimbingan konseling (BK), asal Desa Renda, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, itu meninggal setelah dikeroyok oleh dua rekan kuliahnya, diduga pelaku menganiaya korban menggunakan senjata tajam hingga akhirnya tewas setelah dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Bima.

Menurut informasi yang dihimpun, korban dikeroyok saat hendak ujian semester, pada Rabu (6/1) siang, sekitar pukul 14.20 WITA. Lengkap dengan seragam hitam putihnya, korban ditikam di depan kelasnya.

Terkait hal tersebut, guna mencegah konflik berkelanjutan, baik antarkelompok ataupun antarkampung asal korban dengan pelaku, Umar Septono juga telah memerintahkan kapolres untuk mengamankan wilayah setempat.

"Di samping mengejar pelaku, saya juga perintahkan kapolres untuk mensterilkan area kampus maupun wilayah sekitarnya, agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan," ucapnya.

Hal itu terkait kekhawatiran konflik individu ini menjalar ke tingkat yang lebih tinggi, yakni terjadinya konflik antarkampung ataupun kelompok.

Atas kejadian itu, Kapolda NTB juga telah menurunkan anggota intelijen untuk membantu Polres Kota Bima mengamankan dan mengejar pelaku yang hingga kini masih bersembunyi.

Saat disinggung penyebab pembunuhan itu, Umar Septono belum mendapat laporannya. "Kita belum tahu awal persoalannya. Tapi nanti setelah pelaku tertangkap baru bisa kita ketahui," katanya.

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016