Madrid (ANTARA News) - Seorang wanita Spanyol yang menderita dystrophy otot memenangkan hak untuk mati setelah pemerintah daerah Andalusia menjamin permintaannya untuk mematikan alat bantu pernafasan yang selama ini membuatnya tetap hidup. Otoritas regional membuat keputusan itu setelah Komisi Konsultatif Andalusia memenuhi permintaan Inmaculada Echevarria, 51 tahun, sesuai dengan ketentuan hukum tentang hak pasien Tahun 2002. Peraturan tersebut mengizinkan orang yang sakit untuk menolak perlakuan pengobatan. Echevarria hampir sepenuhnya lumpuh dan menderita karena penyakit tersebut sejak anak-anak. Kasusnya, sekali lagi, memunculkan perdebatan seputar eutanasia di kalangan publik. Akhir November lalu dia meminta izin untuk memilih mati "dengan kematian yang bermartabat dan tidak menyakitkan" serta mendeskripsikan bahwa hidupnya kosong. "Saya tak bisa menjalani hidup seperti ini, terus bergantung pada orang lain. Saya menginginkan suntikan untuk menghentikan jantung saya," ujarnya seperti dikutip AFP. Sebuah asosiasi di Spanyol,"Right to Die", menyambut baik keputusan yang dikeluarkan Rabu lalu itu dan menyebutnya sebagai keputusan yang "berani". Mereka berharap hal itu bisa menjadi teladan. Aurora Bau, anggota asosiasi tersebut mengatakan, "Kami telah menemukan kasus tentang penghentian penggunaan respirator pada pasien. Tapi ini adalah kali pertama dimana seseorang ingin keluar dari situasi itu dan menuntut haknya untuk melakukan itu," Gereja menolak gerakan itu dan Uskup Besar Seville Carlos Amigos mengatakan dia menentang "segala bentuk keputusan untuk mematikan, baik yang dilegalkan atau tidak. Pemerintah sosialis Spanyol menyatakan, dalam manifestonya tahun 2004, akan menciptakan komisi parlemen mengenai euthanasia tetapi hingga kini belum mendapatkan titik terang.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007