Api puntung rokok belum mati dan membakar dahan dan daun kering di gambut
Jakarta (ANTARA News) - Terik matahari ditambah dengan panasnya asap yang ke luar dari lahan gambut tak membuat Darmawan berhenti menyiram air ke sejumlah titik api di Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Provinsi Riau.

Darmawan yang menjadi kepala Tim Regu I Posko Patroli Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Terpadu dan Terukur bersama anggota tim lainnya memanggul kantong berisi air seberat 20 kilogram, tak henti-hentinya menyemprotkan air ke beberapa titik api yang apabila tak segera disiram kemungkinan akan membesar.

Kawasan itu tahun lalu mengalami kebakaran yang sangat parah. Lahan gambut seluas 100 hektare habis terbakar sehingga tahun ini kawasan itu mendapat pengamanan ketat.

"Kita tak mau kebakaran besar seperti tahun lalu, tahun ini terulang lagi. Untuk itu kami sudah membangun pos yang dijaga 24 jam dengan melibatkan TNI dan Polri," kata Darmawan.

Dia mengatakan, wilayah tersebut memang merupakan lahan gambut yang mudah terbakar saat musim kemarau apalagi ditambah di sekitarnya terdapat sungai yang menjadi lokasi favorit untuk memancing.

Dari hasil pengalaman kebakaran yang terjadi tahun lalu, kebakaran lahan di lokasi itu banyak diakibatkan olah pemancing yang membuang puntung rokok sembarangan. "Api puntung rokok belum mati dan membakar dahan dan daun kering di gambut," katanya.

Celakanya, kata Darmawan yang sudah belasan tahun bertugas sebagai petugas pemadam kebakaran hutan dan lahan, api yang membakar gambut tidak di atas permukaan tanah tapi di bawah permukaan tanah.

Dia menceritakan, kalau kebakaran di tanah maka api hanya akan membakar semuanya yang berada di atas tanah sehingga mudah untuk memadamkam.

Tetapi kalau kebakaran lahan gambut maka api membakar akar yang berada di bawah lahan gambut, sehingga sulit untuk memadamkam. "Kalau pun harus dipadamkam harus menyiram dengan volume air yang sangat banyak," katanya.

Di Poskonya, dia harus selalu mengawasi pergerakan masyarakat yang ke luar masuk ke wilayah dan selalu patroli ke hutan dan lahan untuk mengetahui apakah ada titik panas dan titik api yang muncul.

Untuk memantau, dia dan tim dibekali alat komunikasi GPS Android serta "walky talky" untuk terus berkomunikasi dengan anggota tim serta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BBKSDA KLHK) Riau.

Dengan peralatan sederhana yang dimiliki timnya, dia mengaku hanya bisa memadamkam api yang masih kecil saja tapi kalau sudah ada api yang besar harus menggunakan peralatan yang lebih canggih dan lengkap.

Danramil 06 Sukajadi Pekanbaru Kapten Infantri TNI Sukaryono, mengatakan tentara juga tidak mau ketinggalan dalam memadamkam api di lahan gambut bersama-sama masyarakat sipil.

Tentara, katanya, akan menindak tegas setiap warga yang dengan sengaja membakar hutan dan lahan sehingga mengakibatkan kebakaran. "Kita tidak pandang bulu siapa pun pelakunya. Kita terus patroli dengan tim dari BBKSDA dan Polri untuk memantau hutan dan lahan," katanya.

Sampai saat ini, kata dia, pihaknya belum menangkap pelaku pembakar hutan atau lahan karena memang tidak ditemukan pelaku pembakar. "Namun kami harus tetap waspada dan hati-hati dengan terus patroli setiap harinya," katanya.

Koordionator Regu Ancaman Hutan Manggala Agri Roni Rodesa, mengatakan untuk menekan terulangnya kebakaran hutan dan lahan parah seperti tahun-tahun sebelumnya, dirinya dan tim gencar melakukan sosialisasi kepada petani dan warga yang selama ini bekerjanya menggarap hutan dan lahan.

Setiap hari, dirinya dan tim terus memonitor keberadaan warga dan petani yang sedang menggarap lahan. Usai mereka menggarap lahan, dirinya lalu memberikan sosialisasi kepada warga agar tak lagi membakar tanaman serta membuang puntung rokok sebarangan.

"Pemahaman mereka mengapa lahan gambut bisa terbakar memang sederhana. Tetapi dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran, mereka tak paham," katanya.

Menurut dia, selama ini warga membakar lahan memang ada yang disengeja dengan alasan lebih murah dan abunya bisa untuk pupuk. "Tapi saya jelaskan bahwa akibat kebakaran maka kesehatan akan terganggu, seperti saluran pernafasan," kata Roni.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah membentuk Tim Patroli Terpadu dan Terukur untuk mencegah dan memadamkan kebakaran di Provinsi Riau dengan melibatkan aparat TNI dan Polri serta masyarakat.

"Tim ini setiap harinya terus berpatroli keliling desa untuk memantau titik panas dan titik api yang kemungkinan berada di hutan dan atau lahan," kata Kepala Bidang Wilayah II Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Riau, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Supartono.

Menurutnya, pembentukan tim dilakukan mengingat Riau selama ini merupakan provinsi rawan kebakaran hutan dan lahan, mengingat memiliki banyak lahan gambut.

Satu tim, katanya, terdiri atas enam orang: dua orang TNI, dua orang Polri, dan dua orang dari KLHK. Tim tersebut disebar di 29 desa yang ada di Riau yang selama ini menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan.

Dia mengatakan, tim juga memiliki tugas memberikan sosialisasi kepada petani dan masyarakat di desa untuk tidak melakukan pembakaran dengan sengaja atau membuang puntung rokok sembarangan. Wilayah yang paling rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan adalah di Dumai, Bengkalis, dan Siak.

"Tiga wilayah itu memang rawan kebakaran mengingat terletak di pesesir yang musim kemaraunya lebih panjang," kata

Selain ada tim tersebut, tambahnya, sudah ada dua tim sebelumnya yang juga bertugas melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan.

Dua tim tersebut adalah Tim Patroli Manggala Agri berjumlah 182 orang yang anggotanya personil KLHK, serta Tim Patroli Gajah Angkut Peralatan.

Diharapkan dengan adanya tim yang terpadu serta melakukan patroli rutin, kebakaran hutan dan lahan tidak sampai terlalu parah yang pada akhirnya tidak mengganggu kesehatan dan asapnya tidak menyebar ke negara tetangga.

Oleh Ahmad Wijaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016